Yaman, NU Online
Perhelatan politik nasional akhir-akhir ini banyak melibatkan elit-elit NU. Warga NU berharap para elit dapat berpolitik dengan akhlakul karimah demi kemaslahatan ummat. Ini sangat penting untuk menjaga NKRI dan ketenangan warga NU. Hal itu terungkap dalam diskusi yang dilakukan oleh PCI NU Yaman beberapa waktu yang lalu, di Yaman.
Diskusi tersebut dihadiri oleh H. Ahmad Munib Syafa’at Lc yang merupakan ketua syuriah PCI NU Yaman yang sekaligus merupakan Ketua Umum Himpunan Pelajar dan Mahasiswa Yaman (HIPMI) 2003-2004. Dalam acara ini, ia memaparkan makalah NU Kilas Balik Sejarah dan Politiknya.
<>Narasumber lainnya adalah H. Arwani Syaerozi Lc. yang merupakan Katib Aam Syuriah. Dalam diskusi ini, ia lebih menitikberatkan tentang NU dan suksesi kepemimpinan nasional.
H. Abdul Muiz Masyhuri nyatakan bahwa tema diatas diangkat karena terpanggil untuk ikut membantu menyelesaikan permasalahan yang dihadapi masyarakat Indonesia pada umumnya dan warga NU pada khususnya.
Harapan lainnya dari diskusi tersebut adalah agar para elit NU tidak bermanuver yang mengakibatkan perpecahan rakyat pada umumnya juga bagi warga NU pada khususnya. Kekhawatiran ini sempat muncul dengan adanya beberapa cawapres dari NU. Namun alhamdulillah, warga NU sudah dewasa dalam mensikapinya dan semuanya berjalan dengan tenang.
Selanjutnya, bagi warga NU, baik yang di Yaman maupun di Indonesia, PCI berharap agar mereka menciptakan suasana yang kondusif dalam pemilu, baik untuk tahap I maupun tahap II yang akan belangsung jika tidak ada pemenang yang lebih dari 50% dalam tahap pertama.
Masukan-masukan tersebut sebenarnya merupakan penegasan kembali dari 9 pedoman politik warga NU yang dihasilkan dalam muktamar NU di Krapyak tahun 1989. Dalam hal ini, poin yang sangat penting berkaitan dengan banyaknya calon dari NU adalah butir ke 8 yang berbunyi “Perbedaan pandangan diantara aspirasi-aspirasi politik warga NU harus tetap berjalan dengan suasana persaudaraan, tawadhu’ dan saling menghargai satu sama lain, sehingga di dalam berpolitik itu tetap tejaga persatuan dan kesatuan di lingkungan Nahdlatul Ulama.”(fbz/mkf)