Warta

PCI-NU Mesir Inginkan KH Sahal Mahfudz Terpilih Lagi

Ahad, 21 November 2004 | 04:40 WIB

Kairo, NU Online 
Muktamar yang akan datang sebentar lagi sudah mulai menghangat membicarakan masalah rais aam dan ketua umum tanfidziyah mendatang. Pembicaraan ini tidak hanya di cabang NU di Indonesia, tetapi juga di Pengurus Cabang Istimewa di berbagai negara, termasuk PCI-NU Mesir.

Rapat Gabungan Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama Mesir (PCI-NU) pada Sabtu malam (20/11), selain membahas laporan tri wulan PCI-NU 2004-2006, juga membahas kriteria calon, baik rais 'aam, maupun ketua umum PBNU 2004-2009, yang akan diajukan pada Muktamar ke–31 Nahdlatul Ulama di Solo, akhir bulan ini hingga awal Desember mendatang.

<>

Untuk Rais 'Aam, ada dua kriteria yang disepakati peserta Rapat Gabungan; Pertama, punya kharisma keulamaan yang tinggi, dan kedua, bukan figur yang kontroversial. Peserta rapat secara aklamasi, menunjuk bahwa kedua kriteria itu ada pada sosok KH Sahal Mahfudz (Rais 'Aam sekarang).

Pada rapat itu juga berkembang wacana yang dilontarkan oleh KH. Muhlashon Jalaluddin, Lc (Wakil Rais Syuriah) agar jabatan rais 'aam dipegang seumur hidup. "Saya mengusulkan agar rais 'aam ke depan dipegang seumur hidup, seperti jabatan Grand Syeikh Universitas al-Azhar Mesir, kecuali jika ia tidak mampu (secara fisik atau non fisik), terpidana dengan keputusan tetap, melanggar kode etik, atau mengundurkan diri," katanya. Sayangnya usulan ini ditolak oleh mayoritas peserta rapat.

Untuk Ketua Umum Tanfidziyah, rapat gabungan hanya memutuskan kriterianya saja. "Berhubung sampai malam ini, belum ada satupun figur yang secara terang-terangan siap mencalonkan diri menjadi ketua umum tanfidziyah, maka kita sepakat hanya menyebut kriterianya saja," ujar ketua PCINU Mesir Faiz Syukran Makmun, Lc.

Setelah melalui perdebatan yang cukup alot, akhirnya disepakati tiga poin yang akan dijadikan panduan untuk memilih ketua umum tanfidziah 2004-2009. Pertama, figur ketua umum tanfidziah 2004-2009 harus mempunyai kemampuan manajerial yang baik. kedua, mampu membawa nama harum NU, baik di dalam maupun luar negeri. ketiga, apresiatif terhadap pluralitas pemikiran, tapi juga bukan sosok pemimpin yang kontroversial.

Kontributor : Aang Asy’ari


Terkait