Pembagian zakat yang seharusnya menjadi kegembiraan bagi orang miskin ternyata membawa bencana di Pasuruan dengan meninggalnya 21 orang saat antrian. Kasus serupa juga berulangkali terjadi di berbagai daerah.
Wakil Rais Aam PBNU KH Tolhah Hasan berpendapat manajemen zakat memang perlu perbaikan yang komprehensif, baik dari sisi muzakki (penerima zakat), mustahik (pembayar zakat) termasuk amil zakatnya dan pandangan para ulama tentang pengelolaan zakat.<>
“Perlu ada pencerahan dari masyarakat. Saat ini pemahaman masyarakat tentang zakat sangat terbatas. Kasus di Pasuruan menunjukkan carut-marutnya pengelolaan zakat,” katanya di gedung PBNU, Rabu (17/9).
Mantan Menteri Agama ini mengakui, kepercayaan masyarakat terhadap lembaga amil zakat memang masih rendah di samping amil sendiri juga kurang progresif dalam mendorong masyarakat untuk membayar zakat. “Mungkin juga ada kepentingan pribadi, untuk mencari popularitas dari pembayar zakat,” terangnya.
Ia sepakat bahwa sebagian zakat harus diarahkan supaya produktif dan memberikan efek berganda yang memungkinkan kemandirian dari para muzakki. Hal ini sudah pernah dicobanya dengan memberikan mesin jahit kepada muzakki yang bisa menjahit dan memberikan kambing para para petani.
“Tapi tak ada yang melanjutkan, malah mendapat tantangan dari sebagian kiai yang masih konservatif,” terangnya. (mkf)