Warta

PBNU Minta Maulud dan Isra Miraj Dikembalikan ke Masjid Istiqlal

Senin, 9 Maret 2009 | 15:38 WIB

Jakarta, NU Online
Ketua Umum PBNU KH Hasyim Muzadi meminta pemerintah untuk mengembalikan tempat peringatan Maulud Nabi Besar Muhammad SAW dan Isra Miraj ke Masjid Istiqlal, Jakarta.

Alasannya, agar seluruh potensi umat Islam bisa berkumpul menjadi satu. Hal itu disampaikan Hasyim Muzadi dalam keterangan pers bersama, seusai Tablik Akbar berkaitan dengan peringatan Maulud Nabi Muhammad SAW di Mesjid Istiqlal, Jakarta, Senin (9/3). Dalam acara itu hadir Wakil Presiden RI Muhammad Jusuf Kalla, pimpinan Majelis Rasulullah SAW Habib Munzir Al-Musyawwa, dan Presiden Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Tifatul Sembiring.<>

"Semoga bangsa ini kembali ke norma-norma keadilan dan kemitraan yang bisa menjurru kepada kemakmuran.Oleh karena itu, saya berharap siapapun presidennya yang akan datang, supaya Maulid Nabi SAW dan Isra Miraj dikembalikan ke Istiqlal. Tidak perlu di bawa kemana-mana. Cukup dilakukan di Istiqlal," pintanya.

Dalam sejarahnya, setelah selesainya pembangunan Masjid Istiqlal, Jakarta, di zaman Presiden Soekarno, peringatan Maulud Nabi Muhammad SAW dan Isra Miraj kerap dilaksanakan di mesjid tersebut. Namun, sejak zaman Presiden Soeharto, peringatan kedua hari besar Islam itu dilaksanakan di Istana Negara.

Pada periode Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, kedua acara itu dua tahun sekali diselenggarakan berganti-ganti di Istana dan di luar Istana, yaitu di salah satu masjid di daerah pada saat kunjungan kerja Presiden Yudhoyono.

Menurut Hasyim, jika dikembalikan ke Masjid Istiqlal, tak hanya menyatukan potensi umat saja. Akan tetapi, juga bisa dihadiri masyarakat dan para Duta Besar Negara-Negara Islam untuk berkumpul. "Ini saya harapkan dilakukan, dan semoga Allah meridhoi apa yang telah dirintis Habib Munzir. Jadi, tidak hanya di Jakarta. Akan tetapi, menyeluruh, karena bangsa ini butuh ketenangan," tambah Hasyim.

Hasyim mengaku sangat menghormati ikhtiar dan perjuangan Habib Munzir dalam menyemarakkan peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW. "Tidak dengan simbol-simbol. Akan tetapi, dengan isi. Karena, bangsa ini di hari-hari terakhir ini perlu pegangan dari kegelisahan sosial. Yang mungkin disebabkan karena ekonomi atau karut marutnya keadaan. Maka, kegiatan ini diharapakan jadi pegangan dan penenang bangsa ini," lanjutnya. (kcm/mad)


Terkait