Warta

Pakar: Indonesia Belum Mampu Lihat Potensi Diri

Selasa, 29 Juni 2004 | 03:39 WIB

Jakarta, NU Online
Pakar di bidang kecerdasan daya saing dengan teknologi informasi asal Prancis Prof Henri Jean-Marie Dou menilai banyak negara, termasuk Indonesia, yang sulit melihat kemampuan diri sendiri. Oleh karena itu negara akan sulit untuk menang dalam persaingan.

Guru besar University of Aix-Marseilles itu mengemukakan hal tersebut saat menjadi pembicara tamu dalam workshop sehari bertema "On Technology Watch and Competitive Intelligence" yang diselenggarakan Jurusan Teknik Industri ITS Surabaya, Senin.

<>

"Prasyarat yang harus dimiliki oleh suatu bangsa untuk memenangkan kompetisi dimulai dari kemauan dalam melihat apa yang dimiliki diri sendiri, kemudian apa yang dimiliki oleh pesaing, lalu melakukan kerja sama saling menguntungkan atau networking," katanya.

Namun, Prof Dou sendiri mengaku kecewa dengan keadaan Indonesia, karena begitu banyak sumber daya alam yang dimiliki Indonesia tetapi selalu kalah dalam berkompetisi. "Soal usaha kecil menengah, misalnya, Indonesia cukup banyak punya potensi baik pasar maupun produk, tetapi kenapa harus kalah dengan Cina," katanya.

Dalam kesempatan itu, Prof Dou menyampaikan sebuah studi kasus tentang peningkatan produk kelapa di Indonesia sebagai Negara terbesar memproduksi kelapa, mengingat kurang lebih 26 persen dari produk dunia ada di negeri berpenduduk 200 juta orang lebih itu.

"Tapi, Indonesia hanya memiliki tiga paten yang berkait dengan kelapa. Ini sangat jauh dengan Amerika Serikat yang sedikit memproduksi kelapa, tetapi memiliki paling banyak paten soal itu, kurang lebih ada 50 paten," katanya.

Untuk dapat memenangkan persaingan saat ini, katanya, maka masyarakat Indonesia harus mau menerima dan mengerti tentang bagaimana melacak sebuah informasi. "Manfaatkan dan jadikanlah upaya penelusuran informasi sebagai bagian dari upaya untuk mengambil kebijakan dan keputusan dalam persaingan," katanya.

Prof Dou yang juga tercatat sebagai peneliti pada Pusat Penelitian Nasional Perancis itu menyatakan masyarakat seringkali melihat informasi hanya sebatas informasi, tetapi tidak digunakan sebagai pengetahuan dalam mengambil sebuah keptusan dalam manajemen, seperti membuat strategi aliansi.

Senada dengan itu, Rektor ITS Prof Dr Ir Mohammad Nuh DEA dalam sambutannya mengatakan di masyarakat kini berkembang dua paradigma tentang kompetisi yakni yang besar selalu mengalahkan yang kecil dan hal itu wajar, kemudian yang kecil mengalahkan yang besar dan hal itu tidak wajar tetapi ada faktanya.

"Paradigma yang terakhir itu dapat terjadi manakala yang kecil itu menggunakan kecerdasannya, sedang yang besar tidak begitu cerdas. Era ini harus kita hadapi dan ITS harus memilih kedua paradigma itu dalam satu kesatuan yakni menjadi lembaga yang besar dan cerdas, sehingga selalu menang dalam kompetisi," katanya, didampingi ketua Jurusan Teknik Industri Dr Ir Udi Subekti Ciptomulyono MEngSc. (Atr/Cih)


Terkait