Warta

NU dan Muhammadiyah Harus Mengembangkan Ukhuwah Islamiyah

Ahad, 27 April 2003 | 17:07 WIB

Jakarta, NU.Online Selama ini hubungan (NU) dan Muhammadiyah diibaratkan seperti minyak dan air, sehingga sulit dipertemukan, terutama dalam sikap politik, hubungan itu selalu mengalami pasang surut. padahal, jika kedua organisasi itu bersatu, maka diyakini bakal menjadi kekuatan dahsyat untuk menggiring Indonesia keluar dari krisis multi dimensi saat ini.

NU-Muhammadiyah diibaratkan seperti dua sayap pesawat terbang dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, yang jika salah satu sayapnya patah, maka imbasnya dirasakan rakyat Indonesia. NU dan Muhammadiyah sangat diharapkan seperti dua mata air yang masing-masing menuju satu muara untuk menyuburkan seluruh bangsa Indonesia.

<>

Hal tersebut terungkap dalam diskusi umum di Kairo, Mesir dengan pembicara Sekretaris Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) Din Syamsuddin, pakar resolusi konflik Prof Dr Bachtiar Ali, dan Haedar Nashir.Diskusi dilakukan di Aula Shalah Kamil, Fakultas Pendidikan, Universitas Al-Azhar pada Jumat (25/4) malam (Sabtu dini hari WIB) dihadiri sekitar 1.000 orang, umumnya mahasiswa asal Indonesia.
“Kalangan pemuka non-Islam itu memang selalu khawatir, sebab bila NU-Muhammadiyah terlibat konflik, maka mereka (minoratias) pun akan merasa terjepit”, ujar Din Syamsuddin, sembari menganalogikan, posisi kaum minoritas saat konflik itu ibarat pepatah, gajah bertarung dengan gajah, pelanduk mati di tengah-tengah.

Sementara itu, Bachtiar Aly, dalam kesempatan itu mengemukakan tiga visi yang harus diemban untuk memperkuat keharmonisan NU-Muhammadiyah dalam menciptakan persaudaraan yang kuat.

Visa pertama, ujarnya, menyangkut intelektualitas, yakni para pemuka Islam, baik Muhammadiyah-NU maupun tokoh Muslim di luar kedua organisasi itu wajib memikirkan persoalan besar umat dan bangsa dan menghindari polemik masalah thethek bengek (persoalan sepele), yang hanya menghabis waktu dan merugikan kepentingan umat.

Pada visi kedua, hendaknya para pemuka Islam membentuk jaringan informasi (networking) atau mengembangkan silaturrahmi secara berkelanjutan untuk mendorong pemberdayaan umat dalam membina persaudaraan yang kuat. Ini, perlu disosialisasikan melalui media massa, sehingga semua kesepakatan dan kebijakan yang dihasilkannya dapat dicerna dan diketahui masyarakat luas.
Selain itu, dalam visi ketiga, pemuka Islam hendaknya memiliki akses kepada umat, sehingga ketika suatu saat menjadi pemimpin nasional, tokoh yang bersangkutan memiliki basis dukungan yang kuat dari rakyat (Media Indonesia/Republika) (Mkf).


Terkait