Warta

NU Berorientasi Ekonomi Kerakyatan, bukan Modal

Senin, 21 Maret 2011 | 11:22 WIB

Jakarta, NU Online
Ketua PBNU M Maksum menyatakan orientasi ekonomi yang dimiliki NU adalah ekonomi kerakyatan, bukan ekonomi berbasis modal. Hal ini merupakan kontekstualisasi khittah NU sebagai basis penilaian terhadap kinerja kebangsaan.

Hal ini dikatakan dalam dialog ekonomi “Benarkah Ekonomi Indonesia Terpuruk, yang diselenggarakan oleh Lembaga Perekonomian Nahdlatul Ulama (LPNU) di gedung PBNU, Senin (21/3).<>

Dijelaskannya, berdirinya NU merupakan upaya membendung dua kolonialisme besar, yaitu kolonialisme kebangsaana dan pemerintahan oleh Belanda dan kolonialisme keberagamaan oleh pemerintah Arab Saudi.

“Jika dahulu kolonialisme dilakukan oleh bangsa asing, kini penindasan bahkan dilakukan oleh bangsa sendiri,” katanya.

NU dari awal juga telah memberi perhatian pada persoalan ekonomi, yaitu dengan mendirikan Nahdlatut Tujjar, yang merupakan perkumpulan para pengusaha NU. Kini upaya pemberdayaan ekonomi terus dilakukan.

Mengenai kebijakan pangan, ahli ekonomi pertanian dari UGM ini menjelaskan, perlunya tafsir fikih soal memurahkan harga barang, Harga pangan yang ditekan terlalu murah dan menyebabkan petani menderita apakah dapat dikategorikan sebagai makanan yang halal karena membuat para petani menderita.

“Petani yang miskin terpaksa memberi subsidi harga kepaga orang berpunya, petani tidak punya pilihan dan terpaksa menerima keharusan melepas pada harga murah,” tuturnya.

Ia juga berharap agar pemerintah RI segera melakukan perombakan strukturak terhadap kebijkana moneter, fiscal dan perdagangan yang selama ini bias import basd industry dan mengorbankan domestic based industry untuk menjadi lebih berkeadilan secara sektoran dan berkeadilan dalam masyarakat berbangsa.

Sementara itu Sugiono dari PT Indofood mengemukakan perlunya pengembangan jiwa kewirausahaan di Indonesia. Dijelaskannya, saat ini, sektor ini masih sangat kecil proporsinya di Indonesia. "Orang Indonesia yang menjadi pengusaha kebanyakan karena kepepet, belum menjadi pengusaha yang inovatif," jelasnya.

Ia juga menjelaskan, NU jika tidak bergerak, potensi yang seharusnya ada malah akan menjadi beban bagi bangsa ini. "Mereka yang berhasil adalah orang yang mampu bereaksi lebih cepat dalam menghadapi situasi," tandasnya. (mkf)


Terkait