Jakarta, NU Online
Kepergian ketua PBNU HM Rozy Munir meninggalkan kenangan bagi banyak orang, salah satu rekan dan sahabatnya selama berkiprah di PBNU, Mustofa Zuhad Mughni berpendapat, almarhum merupakan pengkader yang baik.
“Kepada para yuniornya, ia selalu membukakan akses untuk mengikuti berbagai pelatihan bagi pengembangan diri,” katanya, Selasa (23/2).<>
Tak hanya keuntungan ilmu yang didapat, seringkali berbagai pelatihan yang diikuti disertai dengan ongkos trasportasi yang lumayan untuk ukuran para aktifis.
Rozy Munir sudah cukup lama berkiprah di PBNU. Menjadi pengurus Lembaga Kemaslahatan Keluarga (LKKNU) dan dua kali menjadi ketua pada periode Gus Dur serta selama kepemimpinan KH Hasyim Muzadi, ia juga tetap menjabat sebagai salah satu ketua.
Mustofa Zuhad menjelaskan, pada era Gus Dur, Rozy Munir, karena latar belakang manajerial yang dimilikinya, ia diminta untuk melakukan koordinasi diantara para ketua PBNU.
“Ia juga diminta untuk menyusup job diskripsi para ketua NU,” tuturnya.
Selanjutnya, pada era Hasyim Muzadi, Rozy Munir diminta mengurusi hubungan internasional. Ia cukup berhasil dalam mengembangkan jaringan internasional NU, salah satunya melalui International Conference of Islamic Scholars (ICIS). Tak heran, akhirnya ia dipromosikan menjadi dubes RI untuk Qatar. (mkf)
Kepergian ketua PBNU HM Rozy Munir meninggalkan kenangan bagi banyak orang, salah satu rekan dan sahabatnya selama berkiprah di PBNU, Mustofa Zuhad Mughni berpendapat, almarhum merupakan pengkader yang baik.
“Kepada para yuniornya, ia selalu membukakan akses untuk mengikuti berbagai pelatihan bagi pengembangan diri,” katanya, Selasa (23/2).<>
Tak hanya keuntungan ilmu yang didapat, seringkali berbagai pelatihan yang diikuti disertai dengan ongkos trasportasi yang lumayan untuk ukuran para aktifis.
Rozy Munir sudah cukup lama berkiprah di PBNU. Menjadi pengurus Lembaga Kemaslahatan Keluarga (LKKNU) dan dua kali menjadi ketua pada periode Gus Dur serta selama kepemimpinan KH Hasyim Muzadi, ia juga tetap menjabat sebagai salah satu ketua.
Mustofa Zuhad menjelaskan, pada era Gus Dur, Rozy Munir, karena latar belakang manajerial yang dimilikinya, ia diminta untuk melakukan koordinasi diantara para ketua PBNU.
“Ia juga diminta untuk menyusup job diskripsi para ketua NU,” tuturnya.
Selanjutnya, pada era Hasyim Muzadi, Rozy Munir diminta mengurusi hubungan internasional. Ia cukup berhasil dalam mengembangkan jaringan internasional NU, salah satunya melalui International Conference of Islamic Scholars (ICIS). Tak heran, akhirnya ia dipromosikan menjadi dubes RI untuk Qatar. (mkf)
