Warta

Menjaga Rasa Keindonesiaan para Mahasiswa di Yaman

Rabu, 21 Desember 2011 | 02:39 WIB

Sanaa, NU Online
Beberapa minggu terakhir ini media-media di Indonesia disibukkan dengan banyak kejadian di Yaman, mulai dari krisis politik yang tak kunjung reda hingga tewasnya pelajar Indonesia yang belajar di pesantren Darul Hadits Dammaj-Sha'dah oleh gempuran roket gerakan separastis al-Hauthi.

Sebelumnya, tiga tahun yang lalu di Indonesia dikabarkan terdapat tindak kekerasan dengan melakukan bom bunuh diri di salah satu hotel yang ditengarai dilakukan oleh salah satu lulusan Yaman, meskipun pemberitaan ini telah dibantah oleh ketua umum PPI Yaman saat itu, Syukron Amin. Selain itu, adanya jaringan organisasi Islam garis keras al-Qaidah di Yaman. Itu semua telah membentuk stigma negatif pada masyarakat Indonesia terhadap para mahasiswa dan pelajar Indonesia di Yaman.
<>
Menanggapi beberapa pemberitaan tersebut, mahasiswa Indonesia di Yaman yang terakomodir dalam wadah organisasi PPI Yaman bekerjasama dengan KBRI Sana'a menggelar seminar berkala yang bertema "Memperkokoh Semangat Nasionalisme dan Kebangsaan di Kalangan Pelajar Indonesia."

Seminar yang mendatangkan tutor dari Indonesia ini diadakan berkala di beberapa tempat di dua wilayah Utara dan Selatan Yaman yang meliputi Aden, Feyyuz, Tarim, Mukalla dan Syihr. Hadir sebagai perwakilan KBRI, Ahmad Zainal Huda yang sekaligus memberikan prolog dalam setiap seminar estafet tersebut.

Dalam sambutannya, Huda menekankan pentingnya menumbuhkan kembali semangat nasionalisme dan kebangsaan dikalangan pelajar Indonesia yang belajar ke luar negeri. Menurutnya, dengan lamanya pelajar dan mahasiswa bertempat tinggal di luar negeri sangat berpotensi mengikis semangat nasionalisme dan kebangsaan mahasiswa dan pelajar itu sendiri. Kendati demikian, ada hal menarik yang ia temukan saat seminar digelar di provinsi Hadhramaut tepatnya di kota Tarim dan Mukalla. Pelajar yang mayoritas mahasiswa di dua kota tersebut sangat apresiatif dengan nasionalisme dan kebangsaan.

"Seminar yang kami adakan di sini bukan untuk mengajari kalian tentang ke-Indonesiaan dan nasionalisme, karena saya melihat kurikulum yang diajarkan di sini sangat jauh dari konservatisme dan kekerasan yang sedang melanda Indonesia saat ini. Namun, seminar ini kami gelar hanya sebagai bentuk recovery file-file keindonesiaan yang kita bawa dari Indonesia," paparnya.

Hadir sebagai tutor Dr Agus Maftuh Abegebriel, MA, penulis buku Negara Tuhan sekaligus dosen Tafsir-Hadits di Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta (UIN Su-Ka Jogja). Dosen yang tercatat sebagai salah satu member dalam forum perdamaian untuk Afganistan yang difasilitasi NU (Member of Consultation Forum for Peace in Afghanistan) ini dalam presentasinya di beberapa lembaga pendidikan di Yaman menegaskan akan pentingnya merepresentasikan Islam sebagai agama perdamaian dan anti terhadap kekerasan serta nilai nilai fundamentalisme dan konservatif.

“Tugas kalian di sini adalah membuktikan dan meneguhkan kembali kepada masyarakat di luar sana bahwa Islam adalah agama perdamaian. Islam adalah agama yang menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan dan agama yang bisa hidup berdampingan harmonis dengan sesama manusia, apapun itu ideologi dan kepercayaannya.”

Dalam kaitannya mengawal kebangsaan yang tertuang dalam wadah NKRI, dosen sekaligus peneliti politik internasional ini mendorong kepada mahasiswa dan pelajar agar berada di barisan depan dalam me-leading-kan jargon "spreading peace for all" dengan melakukan beberapa hal, diantaranya dialog antar peradaban (al-hiwar baina al-hadloroh), bukan konfrontasi antar peradaban (al-shira' bainal hadlarah).

Senada dengan Ahmad Zainal Huda, pria kelahiran Semarang 20 Mei 1966 ini secara pribadi mengakui bahwa pelajar dan mahasiswa Indonesia di Yaman ternyata sangat jauh dari unsur kekerasan dan konservatif, terutama pelajar dan mahasiswa Indonesia di Hadramaut.

Yang menarik, beberapa mahasiswa al-Ahgaff Mukalla membuat sebuah media dakwah anti radikalisme melalui radio Himmah FM. Radio yang menyebarkan nilai-nilai kesantunan Islam ini mendapat apresiasi luas dari masyarakat Indonesia, baik yang di dalam maupun di luar negeri.

“Perlu Bapak-bapak ketahui, bahwa kami di sini masih sangat Indonesia. Guru-guru kami di sini tidak pernah mengajarkan kekerasan dan selalu menekankan agar kami bisa bersama-bersama dengan anak bangsa lainnya membangun Indonesia bersama tanpa kekerasan. Apa yang disampaikan dalam seminar ini sangat kami dukung dan kami apresiasi. Ini kami buktikan dengan dakwah Islam anti radikalisme yang terus kami lakukan melalui media radio Himmah FM. Dan Alhamdulillah, radio ini mendapat sambutan hangat dari masyarkat Indonesia baik yang ada di luar negeri maupun di Indonesia," Terang Ridlo Abdul Aziz, mahasiswa pasca sarjana Indonesia, Universitas al-Ahgaff yang menjadi salah satu kru radio dalam pernyataannya kepada rombongan kedutaan.

Seminar berkala yang mulai digelar awal bulan ini dan berakhir di Mukalla, Senin (13/12/2011) mendapat dukungan luas dari pelajar dan mahasiswa Indonesia serta pimpinan beberapa lembaga pendidikan di Yaman.

Ketua Umum PPI Yaman, Muhammad Birrul Alim dalam sambutannya di salah satu seminar yang digelar di Tarim, Rabu-Kamis (7-8/12/2011) juga menekankan pentingnya pembelajaran tentang keluwesan dalam berdialog dan berinteraksi menjalin komunikasi harmonis dengan beberapa golongan yang berbeda.

"Sebagai mahasiswa dan pelajar, kita harus membuktikan bahwa kita bisa berinterkasi dan menjalin komunikasi yang baik dengan golongan di luar kita. Hal ini merupakan dakwah yang diajarkan Nabi dalam menyebarkan Islam. Beliau bisa berdialog dengan penduduk Makkah dalam pembangunan Ka'bah serta berinteraksi harmonis dengan beberapa penguasa non-Muslim saat itu," ujarnya.

Seminar estafet yang digelar selama kurang lebih setengah bulan ini merupakan sebuah aksi dari mahasiswa dan pelajar Indonesia di Yaman untuk membuktikan bahwa mereka sangat moderat serta anti fundamntalisme dan radikalisme.

"Melalui seminar estafet ini, kami ingin menyampaikan dan membuktikan kepada masyarakat luas bahwa mahasiswa dan pelajar Indonesia di Yaman bukan radikal! Kami sangat mengecam upaya-upaya perpecahan antar masyarakat Indonesia yang dilakukan oleh sebagian orang serta kami ingin menunjukkan bahwa kami sangat terbuka dan bisa berdialog dengan ragam kepercayaan yang dianut masyarakat," pungkasnya.



Redaktur    : Mukafi Niam
Kontributor: Rif’an Humaidi


Terkait