Mengenal Lebih Dekat dengan Kang Otong, Ketua LKKNU 2004 - 2009
Kamis, 23 Juni 2005 | 12:37 WIB
Jakarta, NU Online
Drs. Otong Abdurrahman merupakan ketua baru Lembaga Kesejahtaran Keluarga NU (LKKNU) yang diputuskan beberapa waktu lalu. Pria bertubuh gagah dengan kulit putih bersih ini dilahirkan di Bandung pada 1 Januari 1958.
Dengan lingkungan dan keluarga yang kental tradisi ke NU-annya. Selain sekolah SD, tiap sore ia masih harus belajar di madrasah sebagaimana tradisi yang dilakukan oleh anak-anak NU. Tak heran jika pergi kemanapun, ia selalu aktif di organisasi NU dimanapun berada. Selepas menyelesaikan SPG-nya di kota kelahiran, ia meneruskan pendidikan ke IAIN Sunan Kalijaga Jogjakarta.
<>Jiwa aktifis yang sudah melekat dalam dirinya disalurkan dengan aktif di di PMII yang dilakoninya mulai dari rayon sampai PB PMII. Aktivitas di masjid kampus yang saat itu lagi marak-maraknya di era 80-an juga ditekuninya dengan serius. Tak ketinggalan, ia juga mengikuti berbagai aktifitas kampus di senat mahasiswa disamping kuliah.
Berbagai kesibukan tersebut tak menyurutkan niatnya untuk secara aktif dalam dunia tulis menulis di media kampus.
Dilingkungan PBNU, ia mulai aktif pertama kali dengan mengikuti pelatihan yang diselenggarakan oleh Lakpesdam NU. Ia termasuk angkatan pertama pelatihan tersebut pada tahun 1986. Ketika itu, Lakpesdam merupakan lembaga baru yang didirikan berdasarkan amanat Muktamar NU di Situbondo.
Dari situlah selanjutnya pria berkumis tersebut mulai memasuki LKKNU yang saat itu masih dipimpin oleh HM Rozy Munir pasca muktamar NU di Cipasung tahun 1989. Ia duduk dalam sebuah departemen dari LKKNU.
Sejak saat itu, aktifitasnya di LKKNU tak pernah berhenti. Saat dipimpin oleh H. Andi Muarli Ramli pada periode kepengurusan pertama 1994-1999 ia duduk sebagai salah satu wakil sekretaris. Karirnya terus meningkat pada periode masa 1999-2004 dengan menduduki jabatan salah satu wakil ketua.
Keinginanya untuk turut memberdayakan masyarakat tak hanya difokuskan di LKKNU, ia juga aktif di berbagai LSM seperti Bina Desa, Care International, dan lainnya.
Di Jakarta, ia hidup membujang karena istri dan tiga anak-anaknya tinggal di Solo. Karena itulah ia merupakan anggota klub PJKA alias Pulang Jum’at Kembali Ahad ke Solo. Saat ini anaknya yang pertama sudah kelas 3 SMA sedangkan yang terkecil SD.
Dalam kepemimpinannya untuk lima tahun mendatang, ia akan membawa LKKNU untuk mengembangkan diri dalam dua bidang yang meliputi masalah kependudukan dan sosial. Menurutnya masalah penduduk bisa menjadi asset sekaligus beban, tinggal bagaimana mengelolanya.
Pelatihan dan pendampngan masyarakat dinilainya sebagai sesuatu yang penting dalam upaya pengembangan mereka. Dalam hal ini, masalah kesehatan, pendidikan sangat berpengaruh dalam upaya mengentaskan masyarakat dari kemiskinan.
Untuk masalah social, terdapat dua hal yang akan dilaksanakan, yaitu pendekatan karitatif untuk menangani berbagai bencana seperti gizi buruk dan berbagai persoalan seperti wabah penyakit. Untuk program jangka panjang, diperlukan adanya edukasi kepada masyarakat.
Satu hal yang saat ini mendesak untuk dikenalkan adalah tentang program kebencanaan. Indonesia merupakan negara yang rentan terhadap terjadinya berbagai bencana, baik yang disebabkan oleh alam maupun manusia. PBNU dalam hal ini perlu menyiapkan tenaga-tenaga terampil yang setiap saat dapat dimanfaatkan untuk mengatasi bencana. Yang paling pokok menurutnya adalah bagaimana menumbuhkan kesadaran kebencanaan kepada masyarakat sehingga mereka dapat mempersiapkan diri sewaktu-waktu hal tersebut datang.(mkf)