Berada di jantung Ibukota Jakarta, tidak membuat Pesantren Daarul Rahman kehilangan identitas. Pesantren yang berlokasi di kawasan Senopati, Kelurahan Senayan, Kecamatan Kebayoran Baru, Jakarta Selatan ini justru semakin bersemangat mengajarkan Kitab Kuning, yang dipadukan dengan kurikulum pondok modern ala Pesantren Gontor Ponorogo.
Kemampuan santri pesantren ini dalam membaca Kitab Kuning sudah tidak diragukan lagi. Bahkan dalam Musabaqoh Qiraatil Kutub (MQK) tingkat Nasional pada awal Desember lalu, tiga duta pesantren ini berhasil mencatatkan diri sebagai yang terbaik.<>
Demikian diutarakan oleh staf pengajar Pesantren Daarul Rahman Baejuri Ismail di Jakarta, Kamis (25/12).
Menurut Baejuri, pada MQK tingkat nasional yang berlangsung di Pesantren Al-Falah Kota Banjarbaru Kalimantan Serlatan 1-5 Desember 2008 lalu, tiga santri Daarul Rahman yang diutus sebagai duta Provinsi DKI Jakarta berhasil menorehkan prestasi.
Mereka adalah Safitri yang berhasil menjadi juara 3 kategori remaja dengan membaca Kitab Tafsir Jalalain. Selanjutnya adalah Maftuhah Ismail yang membaca Kitab Fathul Barry meraih juara harapan 1 kategori dewasa, dan Mawaddah AR yang membaca Kitab Ibn Katsir kategori dewasa meraih juara harapan 2.
Lebih lanjut Baejuri yang mantan aktivis Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU) ini mengatakan, masing masing berhak meraih uang pembinaan sebesar Rp 5 juta untuk juara 3, Rp 4 juta untuk juara harapan 1 dan Rp 2 juta untuk juara harapan 2.
Sementara itu Pimpinan Harian Pesantren Daarul Rahman Ustad H. Ahmad Zaenal Rido Syukron Makmun mengatakan, pihaknya tidak merasa kaget dengan prestasi yang ditorehkan para santrinya tersebut. Pasalnya pesantren yang didirikan tokoh NU KH Syukron Makmun ini, memang memasukkan materi-materi kitab Kuning dalam kurikulum pesantren.
“Prestasi itu adalah hal yang wajar, karena di pesantren kami selain diwajibkan berkomunikasi dalam bahasa Arab dan bahasa Inggris, santri diajarkan pelajaran Kitab Kuning. Jadi setiap santri harus mampu membaca Kitab Kuning dengan baik,” papar Rido.
Namun demikian Rido mengaku keberhasilan santrinya dalam MKQ tingkat nasional, selain turut mengharumkan nama DKI Jakarta, juga sebagai bentuk pengakuan terhadap kemampuan pesantren ini dalam membaca Kitab Kuning.
Meski pesantren ini berlabel modern dan menyelenggarakan pendidikan formal, namun kemampuan santrinya dalam membaca Kitab Kuning dapat bersaing dengan pesantren yang lebih bercorak tradisioal.
“Pesantren kami memang sangat konsen dengan mutu. Karena itu kami akan terus berbenah agar dapat terus mempertahankan mutu lulusan terbaik sehingga meski pesantren ini ada di jantung Ibukota tetap mampu bertahan dan bersaing dengan perubahan zaman,” paparnya. (hir)