Warta

Menag Basyuni Warisi Jabatan Mertua

Senin, 25 Oktober 2004 | 09:52 WIB

Jakarta, NU Online
Bagi Ny Wiwik Zakiah, isteri Menag, jabatan suaminya bukan sesuatu yang asing dalam status sosial di keluarganya. Mengapa? Soalnya, Wiwik yang kini memperoleh empat anak (tiga laki-laki dan satu perempuan) adalah putri mantan menag (era Presiden Soeharto) KH Muhammad Ilyas.

Ny Wiwik dibesarkan di Arab Saudi. Di sanalah Menag bertemu dengan dia. Setelah menamatkan SR 3 Desa Kutoharjo dan SMP 1 Rembang, Muhammad Maftuh Basyuni meneruskan ke Pondok Pesantren Gontor. "Pendidikan di Gontor yang mestinya enam tahun, diselesaikannya tiga tahun," kata adik kandung Menteri Agama, Fathurrahman Basyuni seperti dikutip kmnu.com.

<>

Kemudian dari sana dia masuk Pondok Pesantren Al Munawwir, Krapyak, Yogyakarta, dan seterusnya masuk Fakultas Sastra UI. Namun baru tujuh bulan di UI, dia pindah kuliah di Madinah University (1962-1968). Setelah lulus, dia langsung menjadi staf Kedubes di KBRI Arab Saudi, kemudian mutasi di staf Kedubes Jordania. Di sela-sela itu dia sempat mengambil gelar MA di Inggris.

Dari Jordania, lalu pindah menjadi staf KBRI di Marokko. Sesungguhnya, kariernya mulai mencorong saat Deplu memercayainya menjadi Wakil Komandan Garuda VIII pada 1969. Saat itu Menag yang kena program wamil menyandang pangkat letnan satu.

Setelah putar-putar di luar negeri, Menag ditarik ke Jakarta dan dipercaya menjadi Kepala Rumah Tangga Kepresidenan yang dijalani sepanjang pemerintahan Presiden Soeharto hingga Habibie. Tak lama kemudian menjadi Dubes di Kuwait, dan menjelang masa akhir jabatan Presiden Abdurrahman Wahid, dia ditarik menjadi menteri sekretaris negara.

Namun saat Megawati Soekarnoputri menjadi presiden menggantikan Gus Dur, dia diserahi tugas baru sebagai Dubes di Arab Saudi, kemudian ditarik kembali menjadi kepala protokol kepresidenan. Hingga akhirnya SBY memercayainya menjadi menag.

Selama berkarir banyak mendapat penghargaan di dalam negeri dan di luar negeri. Sekadar menyebut diantaranya tahun 1974 (Satya Lencana Santi Dharma (Dephankam), tahun 1974 ( Tanda Jasa PBB), tahun 1996 ( Officer’s Cross dari Austria),  tahun 1996 (Commandeur in de orde van Oranjenassau dari Belanda ), tahun 1997 ( Bohdan Khmelnitsty order 2 Degree dari Ukraina),  tahun 1997 ( Tanda Kehormatan Bintang Jasa Utama)- Tahun 1999 ( Bintang Mahaputra Utama ).

Adiknya Didaulat Jadi Dubes Mesir

Rasa syukur Menteri Agama Muhammad Maftuh Basyuni dan keluarganya tentu akan makin bertambah. Sebab, tak hanya karena dia diangkat menjadi anggota kabinet, tapi juga karena karier adiknya.

"Insya Allah per 27 Oktober 2004 adik saya, Muzammil Basyuni, akan diangkat menjadi Dubes Mesir," kata Muhammad Basyuni (63) di rumahnya, Jalan Mujur No 12, Desa Sidowayah, Kecamatan Kota Rembang, Minggu lalu. Hingga kini Muzammil masih menjabat Direktur Ditjen Timur Tengah Deplu.

Muzammil adalah anak nomor lima dari pasangan KH Basyuni Masykur (terakhir Kabag Kesra Pemda Rembang) dan Siti Mardiyah, yang telah lama meninggal. Sedangkan Menag Muhammad Basyuni, anak nomor dua. Anak nomor satu perempuan, sudah lama meninggal. Sedangkan anak keenam, Ny Siti Fatimah Basyuni, adalah istri KH Mustofa Bisri.

Anak ketiga, Fathurrahman, menuturkan, beberapa hari sebelum pengumuman kabinet, dia memang telah mendapat informasi dari kakaknya (Muhammad Basyuni) sehubungan dengan jabatan menag. "Tapi, karena saat itu belum pasti, kami ya biasa-biasa saja," ujarnya.

Dia baru merasa yakin ketika kakaknya itu menyempatkan nyekar ke makam kedua orang tuanya di pekuburan Krapyak Kota Rembang pada 19 Oktober 2004. "Tak sempat menginap, cuma sebentar. Kecuali mampir ke Paman Sahal (Rois Aam PBNU KH Sahal Mahfudh)," ucapnya. Kiai Sahal adalah adik misan KH Basyuni Masykur (ayah Menag).

Diakuinya, begitu nama kakaknya ditulis koran jauh sebelum ada kejelasan mengenai kabinet, dia banyak ditanya famili dan sahabat karib. "Ya saya menjawabnya datar-datar saja. Di keluarga kami, jabatan bukan sesuatu yang perlu disambut dengan kebanggaan. Ya biasa  saja, jabatan adalah amanah. Namun bukan berarti kami tidak mensyukurinya," tuturnya.

Keluarga orang tua Menag memang tergolong sederhana, bukan hanya dalam bertutur kata, melainkan juga tampilan fisiknya. "Saat Kang Maftuh (Muhammad Basyuni) matur kepada Ibu untuk merehab rumah ini, Ibu keberatan dan justru minta dibikinkan masjid. Jadinya, tabungan
Kang Maftuh dibuat membiayai bangunan masjid di depan itu," ucapnya. Masjid tersebut mampu menampung sekitar 200 orang.

Rumah tua yang tampak kusam tersebut berdiri di atas tanah sekitar 3.000 m2. "Ya hanya ada bangunan r


Terkait