Mesir, NU.Online
Kurang dari seminggu, PCI-NU Mesir telah berhasil menggelar dua kegiatan besar. Pertama, pada tanggal 19 Februari 2004 kemarin telah dilaksanakan "Pelatihan Bahts Masail" dan acara tersebut berjalan dengan lancar. Beberapa hari kemudian diselenggarakanlah Orientasi dan Pengenalan Anggota Baru (Opaba) PCI NU Mesir).
Kegiatan ini merupakan salah satu agenda tahunan PCI NU Mesir yang dimaksudkan untuk merekrut kader-kader NU. Acara ini diformat dan disajikan senafas dengan visi misi Nahdlatul Ulama sebagai salah satu ormas terbesar di Indonesia. Sebuah acara pengkaderan legal-formal yang berorientasi kepada pembentukan kader-kader nahdliyin yang handal dan capable seiring dengan tuntutan zaman.
Orientasi yang diselenggarakan selama tiga hari, mulai hari Selasa (24/02) sampai Kamis (26/02) ternyata mendapat respon positif dari warga khususnya dan khalayak Masisir pada umumnya. Hal tersebut ditengarai antara lain, dengan materi-materi yang disajikan dan membeludaknya peserta. Menurut data yang kami dapat dari Panitia, peserta Opaba sekarang mencapai 115 orang, hampir lima puluh persen dari Opaba tahun kemarin. Disamping para pemateri yang cukup berkompeten, juga tak kalah menariknya adalah kekritisan dan antusiasme para peserta, sehingga acara ini semakin bertambah menarik.
<>"Kami berusaha menampilkan Opaba kali ini tampil beda dari tahun-tahun sebelumnya, baik dalam segi format acara, atau dalam segi materinya". Jelas Jajang Hidayat, Ketua OC (Organizing Commite) Opaba.
Dalam kesempatan yang sama, Mujahidin Muhayyan, Ketua SC (Sterring Commite), menegaskan bahwa Opaba dengan format barunya adalah untuk menghindari atau paling tidak meminimalisir, klaim-klaim sinis yang selama ini mencuat kepermukaan tentang isu bahwa NU Mesir adalah perpanjangan tangan dari gerakan liberalisme. "Kami menformat acara dan memilih materi-materi tersebut dengan seproporsional mungkin, hal itu dimaksudkan untuk menghindari atau paling tidak memberikan penjelasan kepada khalayak umum bahwa NU itu kaya akan pemikiran dan tidak ada maksud sedikitpun untuk menggiring warganya kepada gerakan liberalisasi", tutur Mujahidin ditengah-tengah sambutannya.
Maka, diangkatlah tema yang cukup menarik "Membina Kader yang mamahami Khittah NU". Sengaja khittah dijadikan sebagai grand tema karena ternyata pasca Muktmar Situbondo, masih banyak warga nahdliyin -bukan saja generasi muda, bahkan generasi tua- yang belum mengerti betul tentang khittah NU. Sejak dari ruang dan waktu yang melater belakanginya, keadaan sosio-politik saat itu, sampai pada orientasi dasar dicetuskannya ide besar (baca; khittah) tersebut.
Acara Opaba dimulai sejak pukul 10.00 sampai 18.00 WK dengan sistem ceramah dan dialog. Suasana kekeluargaan dan kebersamaan sangat mendominasi, sehingga para peserta dapat menikmati menu-menu materi yang disajikan dengan legowo dan senang hati. Hal itu tampak dari tanggapan para peserta pada saat term evaluasi dipenghujung acara. "Saya merasa puas dengan materi-materi yang disajikan, namun ada satu hal yang perlu dicatat bahwa waktu tiga hari rasanya cukup singkat untuk mengenal NU dan perkembangan pemikiran secara utuh, jadi kalau bisa pada tahun-tahun selanjutnya ditambah waktunya ya…!", curhat salah satu peserta Opaba.
Materi-materi tersebut mencakup paling tidak lima segmen penting. Pertama adalah materi yang berkaitan dengan ke-NU-an, baik secara intern maupun ekstern. Kedua, materi yang bersinggungan dengan pemikiran keagamaan, baik yang berkembang didalam atau diluar tubuh NU. Segmen ketiga adalah tentang wacana keindonesiaan. Keempat, kemahasiswaan dan kelima adalah tentang keorganisasian. Lima segmen penting tersebut dimaksudkan untuk memberikan rangsangan awal atau stimulus bagi para generasi muda nahdliyin di Mesir untuk selanjutnya dapat dikaji ulang dalam kegiatan-kegiatan follow up.
Opaba yang dilaksanakan dua hari pertama di Aula Wisma Nusantara dan hari ketiga dilaksanakan di Sekretariat PCI NU Mesir inipun ditutup pada hari Kamis (26/02/04). Abdul Ghofur Maimun, salah satu a'wan Syuriah PCI NU Mesir, menyampaikan sambutan ikhtitamnya. Dalam sambutan itu Ghofur mensinyalir tentang perbedaan yang berkembang dalam NU. "Betapa perbedaan membawa kepada kemajuan jika disikapi dengan baik dan benar, karena dengan adanya perbedaan berarti ada dinamika, pada saat itulah NU dapat dikatakan hidup dan dapat berjalan seiring dengan desakan zaman yang semakin mekanistik", demikian Ghafur.
Akhirnya acara ditutup dengan doa, baca sholawat bersama dan bersalam-salaman. Sungguh suasana gembira bercampur bahagia menyelimuti audiens yang hadir dalam acara tersebut. Suasana itu membuat hadirin terlena dan lupa bahwa mereka sedang berada di negeri rantau. Semoga semangat kekeluargaan dan kebersamaan serta persatuan terus dapat digalakkan, sehingga NU semakin kuat dan mumpuni.[Uln/Afkar]