Ketua Umum DPP PDI Perjuangan, Megawati Soekarnoputri, mengakui cukup kesulitan menebak hati para kiai dan santri serta warga NU (Nahdliyin). Meski demikian dirinya merasa sudah akrab dengan Nahdliyin.
"Terus terang, para sahabat saya dari NU masih sulit ditebak. Kendati sudah akrab, tapi masih tanda tanya besar, kemana sebetulnya angin akan bertiup," katanya di Probolinggo, Jawa Timur, Senin (14/7), memulai road show dua hari sehubungan dengan kampanye pemilihan gubernur Jatim.<>
PDIP mengusung mantan Sekjennya, Sutjipto, sebagai calon gubernur (cagub) berpasangan dengan calon wakil gubernur (cawagub) Ridwan Hisjam yang juga Ketua DPD Ormas Kosgoro 1957 Jatim.
Di hadapan para pimpinan pondok pesantren, ulama, tokoh masyarakat, Bupati dan Walikota Pasuruan serta kader PDIP Megawati mengatakan, kelima pasangan cagub-cawagub Jatim kali ini nyaris tak ada satu pun yang tidak merupakan anggota NU atau kaum Nahdliyin.
"Tetapi saya tidak tahu, apa kata hati para sahabat ini. Mau kemana sesungguhnya mereka. Semua pasangan ada NU-nya. Apa karena memang para santri ini sekarang terlalu demokratis, atau berjalannya proses demokratisasi yang kian menonjol di kalangan NU," katanya, seperti menyindir.
"Buktinya kan ada beberapa calon gubernur dan wakil gubernur dari kalangan NU," katanya disambut senyum oleh mayoritas ulama yang hadir.
Mantan Presiden RI itu menuturkan pernah mendapat pelajaran dari Gus Dur tentang bagaimana cara memahami para kiai. Dia juga pernah bersama Ketua Umum PBNU KHA Hasyim Muzadi maju sebagai pada Pilpres 2004.
"Tetapi itu tadi, sulit menebak hati para sahabat NU ini. Terus terang, para kiai dan ulama ini belum dapat saya raba (hatinya). Sudah manggut-manggut, saya kira sudah saya pegang, eh.. ternyata lepas juga," katanya. (ant/sam)