Jakarta, NU Online
Kedatangan Bulan Ramadhan memang selalu dinantikan setiap muslim. Siapapun orangnya, asal memeluk agama Islam pasti menantikan kehadiran Ramadhan dengan gembira. Suasana itu tampak dalam keramaian di jalan-jalan atau bahkan tempat – tempat perbelanjaan di Jakarta.
Kegembiraan ini bisa jadi merupakan tren, karena berbagai iklan dalam rangka menyambut Ramadhan, khususnya di media elektronik berlangsung jor-joran. Atau bisa pula kegembiraan itu muncul dari kerinduan mendalam seseorang kepada bulan Ramadhan. Karena dalam bulan ini, pahala ibadah diyakini berlipat-lipat. Dan Ramadhan menjadi momentum langka.
<>Kelangkaan itu telah membuat puasanya pun terasa istimewa, termasuk ibadah pada malam hari, salah satunya sholat tarawih.
Bertemunya kegembiraan yang bersumber dari tren maupun kerinduan mendalam, membuat awal Ramadhan semarak. Pada hari Kamis (14/10) jalan – jalan di Jakarta menjadi macet. Banyak orang menganggap kemacetan jalan menjadi pemandangan sehari-hari. Memang benar Jakakarta menjadi langganan macet. Tapi berbeda dengan hari ini. Meski keputusan awal bulan Ramadhan secara Rukyat Bil Fi’li baru diputuskan Pengurus Besar Nahdatul Ulama (PBNU) sekitar pukul 19.30 WIB, juga keputusan pemerintah, dalam hal ini Departemen Agama Republik Indonesia. Kemacetan di jalan-jalan itu bertambah parah setelah sholat ashar hingga maghrib.
Karena kegembiraan terlanjur tidak bisa dibendung. Demi memburu sholat tarawih hari pertama. Mereka yang bekerja di kantor pada hari Kamis, inginnya cepat sampai di rumah. Tak dapat dihindarkan, jalan-jalan pun macet. Saya melihat langsung fenomena itu. Tidak seperti biasanya, pada hari Kamis jalanan dari Simpruk – Manggarai macet. Motor yang biasa saya kendarai nyaris bernasib seperti mobil umum dan pribadi yang merangkak. Motor pun kejebak macet.
Teman saya, Adnan Anwar menyaksikan pula pemandangan yang sama antara ruas Jalan Jenderal S. Parman hingga Kramat Raya. Sungguh macet. Saya sendiri pun tiba di NU Online pukul 18.30 WIB. Setelah PBNU mengumumkan keputusannya, bahwa Puasa jatuh pada hari Jumat (15/10). Saya pun menyempatkan diri turut sholat tarawih di Mushollah An Nahdiah PBNU. Mushollah Annahdiyah pun dipenuhi jamaah tarawih dari karyawan yang berkantor di Graha Nahdiyin, maupun warga sekitar Kramat Raya.
Tidak seperti puasa yang sudah – sudah, sholat tarawih hari pertama pada Ramadhan tahun ini terasa berbeda. Sejak tinggal di Jakarta, Ini adalah sholat tarawih pertama yang saya lakukan di mushollah Annahdiyah . Pengalaman sholat tarawih hari pertama puasa memang menyenangkan.
Biasanya, di Jakarta, sholat tarawih dilakukan setelah terlebih dahulu ceramah agama. Dengan cara ini peserta sholat (jamaah tarawih: Red.) bisa tidak bisa harus mengikuti proses ceramah agama yang disampaikan ustadz. Tetapi bagi yang bekerja pada siang hari di tengah – tengah Jakarta yang hiruk pikuk ini tentu melelahkan untuk mengikuti tarawih terlalu malam. Sehingga tidak jarang kita melihat jamaah tarawih mengantuk. Pola penataan seperti ini di Jakarta, berlaku untuk sholat tarawih delapan rakaat maupun dua puluh tiga rakaat.
Ceritanya menjadi lain ketika saya mengikuti sholat tarawih di mushollah PBNU. Sholat tarawih dilaksanakan setelah sholat isya. Ceramah dilakukan setelah sholat tarawih.
Menurut koordinator sholat tarawih dan idul fitri mushollah Annahdiyah PBNU Syamsudin, dilakukannya khotbah atau ceramah agama setelah sholat tarawih, bertujuan mencegah kantuk dari jamaah sholat tarawih. “Kita sholatnya panjang sampai 23 rakaat dengan panjang bacaan surat dari rakaat pertama hingga akhir sampai setengah juz,”kata Syamsudin yang pengurus LDNU ini.
“Kalau ceramah agama diletakkan di awal, sebelum sholat tarawih, kasihan jamaahnya,”katanya.
Koordinator panitia sholat tarawih dan idhul fitri mushollah Annahdiyah ini memaparkan, bahwa untuk memenuhi pilihan bacaan sholat yang panjang—setiap hari setengah juz—panitia mengundang para mahasiswa dari Perguruan Tinggi Ilmu Al-Quran (PTIQ) untuk menjadi imam sholat.
“Ini dijadwalkan hingga hari ke-30, masalah puasanya akan genap 30 hari atau tidak, tinggadisesuaikan,”ujarnya. Untuk ceramah tadi malam, Kamis (14/10), diberikan oleh Drs H Isron Syamsudin dengan tema “Makna dan Hikmah Ramadhan”. Sedangkan imamnya, Miftahudin dari PTIQ.
Menurut Syamsudin, sholat tarawih hari kedua, Jumat (15/10) akan dipimpin oleh Ustadz Muhammad Mukhlas, sedangkan Drs. KH. AN Nuril Huda akan menjadi penceramah dengan tema Hikmah Ibadah Puasa.
Melihat pola tarawih yang lebih awal dari ceramah, saya tentu lebih memilih tarawih di mushollah Annahdiyah. Biar khusu