Surabaya, NU Online
Pengunjung makan Sunan Ampel pada malem likuran, atau pada 10 malam terakhir Ramadahan dimana terdapat kemungkinan besar turunnya Lailatur Qodar sangat ramai. Areal makam Sunan Ampel dipenuhi oleh para peziarah, baik laki-laki atau perempuan yang datang dari berbagai penjuru Indonesia.
Burhan, dari bagian informasi menyatakan bahwa pada malam-malam tersebut, pengunjung mencapai 10 ribu orang. Peningkatan pengunjung itu sudah dimulai tampak sejak seminggu sebelum Ramadhan karena pada waktu itu merupakan haul dari Sunan Ampel.
<>Di komplek masjid tersebut, tampak para pengunjung melakukan tahlil, membaca Qur’an dan sholat sunnah dengan khusuk. Semua hal tersebut diusahakan sebagai bentuk amalan untuk memperoleh satu malam yang nilainya sama dengan seribu bulan yang datangnya hanya satu kali setahun.
Dikarenakan sebagian pengunjung datang dari lokasi yang sangat jauh, maka pada bulan Ramadhan ini, pengurus masjid Sunan Ampel mengizinkan mereka untuk bermukim di masjid dan diberi tempat khusus untuk dapat beristirahat agar tidak mengganggu mereka yang sedang beribadah.
Pengunjung tersebut datang dari seluruh Indonesia, ada yang dari Solo, Purwakarta, Lampung, dll. Namun demikian sebagian besar pengunjung tersebut berasal dari Jawa Timur. Waktu kepulangan mereka juga bermacam-macam, ada yang pulang pada waktu menjelang sahur, subuh hari atau pulang setelah berbuka puasa.
Sebagai masjid besar yang memiliki nilai historis, aktivitas masjid tersebut luar biasa banyak. Masjid memiliki beberapa lembaga seperti Lembaga Pendidikan Bahasa Arab, Radio, dll. Pada setiap ramadhan, juga dilaksanakan acara buka bersama. Sebagian dari dana untuk buka bersama ini diperoleh dari para peziarah yang menyumbang ke Masjid Sunan Ampel karena merasa doa’nya dikabulkan.
Sesuai dengan tradisi NU, taraweh di masjid ini di.aksanakan berjumlah 20 rakaat ditambah 3 witir dan dalam setiap kali tarawih dihabiskan 1 juz al Qur’an sehingga dalam satu ramadhan dapat menghatamkan 1 Qur’an. Karena menghatamkan satu juz maka setiap taraweh dibutuhkan waktu sekitar 1.5 jam. Saat ini tak’mir masjid dipegang oleh KH Ubaidillah setelah KH Nawawi meninggal dunia.
Masalah pengemis merupakan masalah klasik yang dihadapi oleh setiap makan wali, dimana-mana selalu terdapat pengemis dan peminta-minta yang keberadaannya mengganggu para perziarah. Dalam hal ini, pengelola masjid Sunan Ampel mengambil kebijakan dengan tidak memperbolehkan para pengemis untuk memasuki areal masjid dan makam. Namun demikian, mereka masih tampak beroperasi diluar area masjid Ampel.(mkf)