Jakarta, NU Online
“Atmosfir keilmuan di Maroko sangat bagus, terutama pengkajian maqosidu syari’ah. As-Syatibi dan kitab Mauwafaqat-nya sangat pupuler di Maroko,”
Hal itu disampaikan Pembantu Ketua (Puka) II Nasrullah Jasam di gedung PBNU, lantai 4, pada Selasa (31/1), ketika menjelaskan 21 mahasiswa/i yang akan dikirim ke Maroko tanggal 8 Pebruari mendatang. Mereka mendapat beasiswa dari Kementrian Agama RI selama 2 tahun untuk studi Islam di Universitas Ibn Tufayl. <>
Ia menambahkan kelebihan lain dari negara bagian barat laut Afrika tersebut. Menurutnya, dari segi geografis, Maroko merupakan pintu masuk Eropa. Negara itu bersebrangan dengan Prancis. Di samping bahasa Arab, Prancis digunakan sebagai bahasa pergaulan.
“Kalau orang belajar di Mesir hanya dapat bahasa Arab. Kalau di Maroko bisa sambil belajar bahasa Prancis. Juga dari segi politis, Moroko relatif aman, dibanding negara-negara Timur Tengah lain,” ujarnya.
Lebih jauh, Nasrullah menjelaskan di Maroko terdapat zawiyah-zawiyah para sufi dan ulama-ulama hadits. Para mahasiswa yang akan dikirim, dianjurkan untuk mengunjungi mereka sekaligus menimba ilmunya.
Selain ke Universitas Ibn Tufail, bulan September tahun ini, STAINU juga akan memberangkatkan sejumlah mahasiwanya ke Universitas Abdul Malik es Sa’adi, juga di Maroko.
Redaktur : Syaifullah Amin
Penulis : Abdullah Alawi