Lima Tahun BMT SM NU, Ratusan Juta Rupiah Disumbangkan untuk NU
Selasa, 23 Februari 2010 | 00:30 WIB
Di tengah hiruk pikuknya pasang surut pengelolaan lembaga keuangan mikro, Baitul Mal Wat Tamwil Syirkah Muawanah Nahdlatul Ulama (BMT SM NU) Pekalongan justru semakin eksis melakukan pemberdayaan warga Nahdliyyin.
Membaca laporan BMT SM NU Pekalongan dalam buku laporan Rapat Anggota Tahunan (RAT) tahun ini, sungguh inilah gerakan ekonomi yang didambakan warga Nahdliyin selama ini karena benar-benar memberikan manfaat ganda, kepada organisasi juga kepada warga NU.<>
Kini setelah lima tahun beroperasi, BMT SM NU yang bernaung dibawah Koperasi Serba Usaha (KSU) Nahdlatut Tujjar ketika awal berdiri hanya bermodal 50 juta rupiah telah berhasil membukukan asset sebesar 15 milyar lebih dan memberikan kontribusi kepada NU rata rata 25 juta rupiah perbulan. Bahkan sebagian honor pengurus selama lima tahun disumbangkan kepada PCNU Kota Pekalongan dalam bentuk deposito abadi sebesar 200 juta rupiah.
Wakil Ketua KSU Nahdlatut Tujjar H Ahmad Rofiq BA kepada NU Online mengatakan, prestasi yang dicapai BMT SM NU Pekalongan semata-mata karena do'a dari para kiai NU dan semangat ingin berbuat yang terbaik untuk Nahdlatul Ulama.
Hal itu dapat dibuktikan, sejak menerima kontribusi dari BMT SM NU, NU Kota Pekalongan tidak lagi mengalami kesulitan pendanaan program. "Bahkan sejak tiga tahun terakhir ini selalu menggelar kegiatan peringatan Harlah NU dalam bentuk aksi sosial dan roda organisasi berjalan dengan lancar, termasuk persiapan ke Muktamar NU bulan Maret mendatang, semuanya diperoleh dari kontribusi BMT SM NU," ujarnya.
Bahkan upaya pemberdayaan warga Nahdliyin, bukan sekedar isapan jempol belaka. Beberapa warga nahdliyyin yang menjadi nasabah BMT SM NU yang dulunya setiap datang ke kantor BMT selalu menggunakan sepeda ontel, kini tidak lagi dilakukan, karena sudah berganti mobil roda empat yang mentereng.
Manfaat lain, dengan dibukanya kantor-kantor unit bekerjasama dengan Pengurus MWC NU setempat, kini mereka tidak lagi mengalami kesulitan keuangan, karena setiap bulannya telah menerima kntribusi dari BMT SM NU rata-rata 2 juta rupiah.
Kepercayaanpun terus bertambah, meski beroperasi dengan sistem syari'ah, kalangan etnis tionghoa mulai melirik BMT SM NU sebagai tempat investasi dengan menitipkan uang dalam bentuk deposito.
Kini setelah menapaki perjalanan BMT SM NU selama lima tahun, meski tantangan ke depan semakin berat, banyak kompetitor hingga kasus kasus yang menjerat lembaga sejenis, tak menyurutkan langkah pengurus dan pengelola untuk tetap ingin berbuat yang terbaik kepada NU. (amz)