Warta

LDNU Sumbar: Mubaligh Diharapkan Menyejukkan Umat

Kamis, 29 Desember 2011 | 04:12 WIB

Padang, NU Online
Makin berkembangnya paham Islam radikal ke berbagai penjuru di tanah air dewasa ini harus diimbangi dengan Islam yang santun, menyejukkan dan rahmatan lil alamin.

Tambahan lagi dengan perkembangan teknologi informasi, Islam yang berpaham radikal melakukan tindakan kekerasan seperti teroris, penghancuran tempat-tempat ibadah kelompok yang berbeda dengannya, sampai dengan pembunuhan atas nama agama, makin luas perkembangannya.
<>
Ketua PW Lembaga Dakwah Nahdlatul Ulama (LDNU) Sumatera Barat Nurasa menyebutkan hal itu dalam persiapan pelaksanaan Pelatihan Mubaligh/Dai Ahlussunnah Waljamaah (Aswaja), Rabu (28/12/2011) di sekretariat PWNU Sumbar jalan Ciliwung No10 Padang. Pelatihan sendiri dilaksanakan Ahad-Selasa (1-3 Januari 2012) di asrama hají Rasuna Said Padang.

Menurut Nurasa, melalui pelatihan ini kita siapkan mubaligh/dai yang memiliki landasan normatif nilai-nilai Aswaja yang dikembangkan NU sejak 1926 silam. Secara garis besar nilai tersebut adalah tawazun (seimbang), tasamuh (toleran), tawassuth (jalan tengah/moderat), i’tidal (adil) dan amar ma’ruf nahi mungkar (mengajak pada kebaikan dan mencegah kemungkaran).

Nurasa mengakui, masih ada mubaligh/dai yang menimbulkan rasa benci, fitnah dan meresahkan umat dari materi dakwah yang disampaikannnya. Padahal kehadiran mubaligh/dai diharapkan untuk menyejukkan dan mendatangkan rasa ketenangan dalam hidup oleh Amat. Dakwah yang disampaikan bukan caci maki, dan sesuai dengan kebutuhan Amat dimana para mubaligh/dai  menyampaikan dakwahnya.

“Jangan ada audiennya anak-anak remaja, tapi yang disampaikan masalah politik, keluarga atau masalah yang kurang relevan dengan kehidupan anak-anak,” kata Nurasa yang tengah menyelesaikan program doktor di IAIN Imam Bonjol Padang ini.

Apalagi kemajuan teknologi informasi, telah menyebabkan umat dapat mencari informasi dakwah melalui tivi, hape, internet dan suratkabar. Umat memperolehnya tidak terbatas waktu dan tempat. Tentunya para mubaligh/dai semakin dituntut untuk dapat membaca dan memahami apa yang dibutuhkan umat, kata Nurasa.

 
Redaktur    : Mukafi Niam
Kontributor: Bagindo Armaidi Tanjung


Terkait