Mekkah, NU Online
Pegunungan batu berjajar tegak di tepi jalan Aziziah di tengah kota Mekkah, membentuk terowongan penuh lampu yang menambah cantik kota suci itu pada malam hari bersama wajah kota pencakar langitnya.
Pemerintah setempat perlu dihargai atas upayanya menjadikan kotanya mampu menampung dan melayani jutaan jemaah yang datang dari berbagai negara untuk menunaikan ibadah haji.
<>Mekkah memang semakin tak muat, maka diperluaslah kawasan itu hingga beberapa kilometer lagi ke Aziziyah, dan untuk mempermudah akses menuju Masjidil Haram, pegunungan batu pun dibor menjadi terowongan, kendati di atas gunung tersebut berdiri megah gedung-gedung pencakar langit.
Seperti terlihat di jalan Aziziah, salah satu wilayah Daerah Kerja (Daker) Mekkah, berdiri sejumlah bangunan di atas bukit batu. Untuk mengerjakan itu, peralatan berat tampak berderet.
Jangan heran, pekerjaan di wilayah itu cukup tertib. Batuan berserakan di tepi jalan cepat diangkut sehingga tak mengganggu arus lalu lintas. Pekerja di sini tampak melaksanakan tugas penuh tanggung jawab demi kenyamanan tamu Allah. Jemaah dari seluruh penjuru dunia diupayakan tak terganggu dalam melaksanakan ibadahnya di musim haji 1428 H (2007).
"Lihat, gunung batu dah terbelah," ujar Datuk Amir, dengan nada kagum memandangi pegunungan batu yang terbelah. Pria berusia 58 tahun ini datang dari Malaysia untuk menunaikan salah satu rukun Islam bersama isteri.
Ia baru saja sampai di Mekkah, setelah lebih dahulu tinggal di Madinah untuk melaksanakan arbain atau sholat 40 rakaat di Masjid Nabawi, Madinah. Menurut Datuk, suasana di kota suci kedua Madinah, tak jauh berbeda. Kalau di kota Madinah banyak bangunan dirobohkan untuk diganti dengan bangunan modern. Di Mekkah juga banyak bangunan baru, namun dibangun di atas permukaan gunung batu.
Selain itu, untuk memberi kenyamanan dan ketenangan bagi jemaah -- yang pada musim haji 1428 H/2007 ini mencapai 6 juta orang -- (dari Indonesia 215 ribu) -- juga perlu infrastrukstur jalan dan manajemen lalu lintas yang baik.
Karena itulah ruas-ruas jalan di kawasan menuju Armina diperlebar. Banyak gunung batu dipapas dan materialnya digunakan untuk pengerasan permukaan jalan raya. Setiap jalan berkelas tol atau berkecepatan tinggi, dilengkapi rambu jalan menggunakan bahasa Inggris dan Arab. Belum lagi marka jalan, sehingga bagi setiap pengunjung akan merasa kagum bahwa infrastruktur bagi jemaah setiap tahun kerap mengalami peningkatan perbaikan.
"Ini nyata, bukan janji kampanye bung," celoteh pemuda asal Pasuruan, Naiman, yang sudah lama tinggal di Mekkah sebagai tenaga musiman.
Kota Mekkah, adalah salah satu kota di permukaan bumi yang memiliki kekhususan. Sebab, kota tersebut memiliki nilai keagungan baik dalam sejarah umat manusia maupun agama. Dari prespektif relegius, sang maha pencipta -- Allah telah memilih tempat dibangunnya Kabah di kota tersebut.
Awalnya sebagai tempat Nabi Ismail a.s dan ibunya Hajar a.s. Kemudian, tempat tersebut menjadi tujuan para nabi, rasul dan orang-orang saleh. Di tengah Mekkah itu pula berdiri Masjidil Haram, yang mengelilingi Kabah, Haram Amin (Tanah Suci Yang aman). Di kota itu pula, penutup para nabi dan rasul di lahirkan yang kemudian oleh Allah ditetapkan sebagai pembawa risalah, yaitu Nabi Muhammad SAW.
Setiap muslim seperti diketahui sangat mendambakan dan berusaha untuk mengunjunginya, sehingga tempat itu menjadi kiblat sepanjang masa. Umat Islam berpandangan, Allah telah mensucikan seluruh kawasan sekitar Mekkah, sejak bumi diciptakan hingga Hari Kiamat.
Kawasan kota ini memiliki batas-batas suci dengan beberapa tanda berupa batu atau bangunan sekarang ini. Ini sesuai dengan kisah Nabi Ibrahim yang diperintahkan oleh Malaikat Jibril untuk menancapkan batu sebagai tanda. Dan, Ibrahim pun melaksanakan perintah tersebut.
Menurut banyak riwayat, Ibrahim adalah orang pertama yang memberi tanda batas kawasan suci Mekkah, yaitu batas kawasan suci dengan lainnya. Tanda batas tersebut kemudian diperbaiki oleh Rasullah dengan mengutus Tamim ibn Asad Al-Khazai untuk memperbarui. Kemudian batas tersebut diperbaiki para khalifah kaum muslimin sehingga batas-batas tanah suci tersebut mencapai 943 tempat.
Sayangnya batas yang berupa batu itu banyak terpendam, sehingga tiada tersisa kecuali yang sempat diperbaiki oleh penerus berikutnya. Luas kota Mekkah itu sendiri sekiar 550 km persegi dengan panjang tanah suci sampai 127 km. Di dalam kawasan tesebut Allah menjadikan kawasan tersebut sebagai tempat kembali, bertemu seluruh umat muslim dan sebagai tempat yang aman.
Tanda-tanda batas suci itu menjadi penting bagi umat Muslim sebagai akan memulai melaksanakan umrah sebelum memasuki kawasan masjidil Haram. Jemaah perlu mengambil miqot di batas tanah suci, yaitu sebagai persyaratan umroh dan melaksanakan tawaf, mengeliling Kabah sebanyak tujuh kali untuk selanjutnya melaksanakan sai (berjalan antara bukit Safa dan Marwah). Umrah, dalam melaksanakan ibadah haji, merupakan bagian utama yang tak boleh ditinggalkan.
Tanda atau batas tanah suci yang dimaksud itu terletak, di antaranya, di Tan’im (7,5 km dari Masjidil Haram), Nakhlah (13 km), Adlat Laban (16 km), Ji ranah (22 km), Hudaibiyah (22 km) dan Bukit Arafah (22 km).
Jika jemaah naik pesawat, jemaah biasanya sudah diberi tahu kapan harus mengambil miqot (niat umroh) dan mengenakan pakaian ihrom. Biasanya, jemaah langsung menggunakan pakaian ihram di Bandara King Abdul Aziz yang kemudian meneruskan perjalanan ke Mekkah untuk Umrah.
Sedangkan jemaah yang langsung dari Jeddah ke Mekkah, mereka tak menggunakan ihram, karena pakaian ihram baru digunakan tatkala jemaah dibawah ke Mekkah dan mengambil miqot di tempat batas suci kota Mekkah yang sudah diberi tanda oleh Pemerintah Saudi Arabia.
Jemaah haji Indonesia, yang sejak sepekan lalu berada di Madinah, baru akan diangkut ke Mekkah pada tanggal 26 atau 27 Nopember 2007. Diperkirakan jemaah haji Indonesia akan banyak mengambil miqot di masjid Tan’im, karena jaraknya dekat dengan Masjidil Haram. (ant/sir)