Timika, NU Online
Bentrokan massal antar-suku di Timika, Papua, Senin pagi, menyebabkan jatuhnya puluhan korban luka-luka, termasuk seorang anggota Brimob yang sedang bertugas melerai kedua belah pihak agar menghentikan aksi mereka.
Korban luka-luka kena anak panah dan parang terbanyak di pihak Satuan Pemukiman 13 (Desa Jayanti) tercatat 20 warganya luka-luka dan diangkut ke RS Timika, dan dari kelompok bawah, Desa Kwampi, tiga orang cedera. Seorang anggota Brimob, Bripda Wilkilb Rumere turut terluka, satu anak panah menancap di lengannya.
<>Satuan-satuan Brimob dan personil-personil polisi Timika dipimpin AKBP Paulus Waterpau bekerja keras melerai kedua belah pihak menjauh dari titik bentrokan di Jalan Freeport Lama, di Kwampi Lama. Situasi agak mendingin dan kelompok bawah mengambil kesempatan ini untuk mundur beristirahat.
Kapolda Papua Irjen Timbul Silaen tiba di Timika, Senin pagi, untuk memantau situasi.
Ribuan warga kembali saling serang menggunakan senjata-senjata tradisonal, khususnya panah, setelah upaya perundingan perdamaian yang ditengahi kepala suku dan pemimpin agama dengan peran serta Kapolres Paulus Waterpau gagal. Tombak-tombak dan anak-panah mulai beterbangan kembali sekitar pukul 07.30 WIT, sebagai kelanjutan aksi permusuhan sejak dua hari terakhir.
Kedua kelompok yang berikai di jalan Friport Lama itu, saling serang sehingga suasana keamanan mencekam pada pagi hari Senin. RS Mitra Masyarakat Timika, Papua, kewalahan menangani korban konflik fisik antarsuku yang terjadi mulai Sabtu (5/6).
"Kami kewalahan menangani mereka karena para korban dari kelompok yang bertikai harus dipisahkan," kata Direktur RS Mitra Masyarakat, Paulus S Sugiarto, di Timika, Minggu. Akibatnya, pihak RS terpaksa mempergunakan ruang administrasi untuk penanganan awal para korban dari kedua belah pihak.
Disebutkannya, korban luka akibat terkena panah tercatat sebanyak 49 orang, lima di antaranya dirawat secara intensif, mengingat lukanya yang cukup parah. Korban yang luka tersebut dua orang berasal dari kelompok "atas", dan tiga orang dari kelompok "bawah". Sampai saat ini konflik tersebut juga menewaskan dua orang.
Di sisi lain, Paulus menambahkan bahwa pihak rumah sakit siap memberikan perawatan sesuai dengan prosedur terhadap para korban pertikaian antardua kelompok bersaudara tersebut.Disebutkannya, RS itu memiliki 13 tenaga medis, empat di antaranya tenaga ahli dan 107 paramedis.
Selanjutnya ia menjelaskan bahwa tidak semua korban luka dibawa ke rumah sakit, namun mereka mendapat perawatan secara tradisional. Sementara itu, Decky Murib, ketua kelompok dari keluarga "bawah" yang menderita luka terkena panah pada kakinya, mendapat perawatan secara tradisional.
Situasi di sekitar kawasan Kwamki Lama, Timika, pada Senin (7/6) pagi nampak tegang dan sejumlah warga sipil dari kedua kelompok yang bertikai mempersenjatai diri dengan berbagai alat perang tradisional. Pertikaian antara kelompok yang terjadi pada Sabtu (5/6) mengakibatkan dua orang tewas dan 49 orang lainnya menderita luka akibat terkena panah.
Berbagai pihak baik tokoh masyarakat, kepolisian maupun pemerintah daerah, sampai Senin pagi, belum dapat meredam pertikaian kedua kelompok sehingga suasana keamanan di kota tersebut mencekam.(mkf/an)