Malang, NU Online
Keluarga besar jam’iyah Nahdlatul Ulama (NU) patut berbangga. Salah seorang putra terbaiknya, DR KH M Tholhah Hasan, dikukuhkan sebagai guru besar. Wakil Rais Aam PBNU itu resmi menyandang gelar profesor sejak bulan Agustus tahun lalu. Sementara pengukuhan sebagai Guru Besar Ilmu Pendidikan Islam Universitas Islam Malang (Unisma) dilakukan pada Sabtu (17/3) di ruang KH Oesman Mansoer.
Hadir dalam pengukuhan itu di antaranya Menteri Agama Maftuh Basyuni, Kakanwil Depag Jatim HA Roziqi, Ketua Umum PBNU DR KH A Hasyim Muzadi, Sekjen PBNU Dr H Endang Turmudzi, MA, para rektor perguruan tinggi, para pengurus NU dan juga keluarga besar Civitas Akademika Unisma Malang.
<>Rektor Unisma Malang Dr Ir A Mukri Prabowo, M.Agr.Sc menuturkan, Tholhah Hasan adalah guru besar kelima di kampus yang dipimpinnya itu. Ia layak menerima pengakuan tertinggi dalam dunia pendidikan itu sesuai dengan dedikasi yang telah diberikannya selama 50 tahun mengabdi di dalamnya. Faktor lain yang menjadi pendukung adalah nilai kredit yang dimilikinya telah mencapai angka 1.010, dari minimal 850, dan telah banyak melahirkan buku karangan. “Jadi sudah layak kalau beliau menerima pengakuan seperti itu,” tutur Mukri saat ditemui di ruang kerjanya (16/3).
Dalam sambutannya, alumnus Adelaide University South Australia itu mengharap kepada seluruh elemen keluarga besar Unisma untuk meneladani figur seorang KH M Tholhah Hasan. Di usianya yang sudah tua (71 tahun), ia tidak pernah berhenti belajar. Sampai akhirnya pengakuan tertinggi itu datang kepadanya. “Sejak menjadi santri sampai jadi menteri, beliau selalu tekun belajar. Tidak pernah mengenal usia. Ini yang harus kita tiru dan terapkan di Unisma ini,” kata pakar penelitian pertanian Universitas Brawijaya Malang itu.
Di awal pidatonya, mantan Menteri Agama itu menjelaskan, pengabdiannya di dunia pendidikan memang sudah menjadi tekadnya sejak awal. Bahkan lebih dari itu untuk memenuhi nadzarnya setelah menerima anugerah gelar Doktor Honoris Causa (DR HC) dari Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, dua tahun lalu. Kala itu ia bernadzar bahwa sisa-sisa umurnya diwaqafkan untuk pendidikan Islam, apapun bentuknya.
“Itulah motivasi yang mendorong saya untuk terus bersemangat belajar,” kata Tholhah, yang dalam pengukuhan itu menyampaikan pidato berjudul Membangun Citra Peradaban Islam Melalui Pendidikan (isi pidato bisa dibaca pada website ini secara lengkap).
KH M Tholhah Hasan tidak hanya dikenal sebagai salah seorang pakar pendidikan NU. Namun juga sebagai promotor yang terjun langsung dalam pendirian sekaligus pengelolaan beberapa unit sekolah. Tak kurang dari 12 unit sekolah bisa berdiri dan berkembang berkat sentuhan tangannya. Kesemuanya tetap eksis hingga kini dan menjadi sekolah favorit di daerahnya.
Ia juga tercatat sebagai Ketua Dewan Pendiri Unisma dan pernah menjadi rektornya. Unisma berhasil menuai sukses, dan saat ini sudah memiliki 11 fakultas, 15 dosen bergelar doktor dan lima guru besar. Kampus ini juga dilengkapi dengan pesantren mahasiswa dan Laboratorium Aswaja Center. Tidak heran kalau Unisma banyak dijadikan jujugan alumnus pesantren yang ingin menempuh kuliah di perguruan tinggi.
Setelah sukses membidani berbagai lembaga pendidikan di Kota Dingin Malang, Tholhah melebarkan wilayah pengabdiannya. Sejak tahun 2003 mendirikan Madrasah Aliyah Plus di Pekanbaru, dibawah pengelolaan Pondok Pesantren Teknologi Ummatan Wasathan. Disamping itu juga mengelola lembaga pendidikan unggulan di Kalimantan.
Melihat jasa yang diberikan untuk kemajuan pendidikan di Indonesia yang begitu panjang, tidak heran kalau Mendiknas menganugerahkan gelar profesor kepada anggota Dewan Syariah Nasional itu. “Kita turut bangga karenanya,” kata Menag Maftuh Basyuni. (sbh)