Warta

Khotib Jum'at Perlu Diseleksi

Kamis, 19 Mei 2011 | 01:28 WIB

Semarang, NU Online
Dewan Masjid Indonesia (DMI) Jawa Tengah prihatin atas berbagai penodaan masjid dan pelanggaran norma dan etika dalam ibadah shalat Jum'at.

Di beberapa masjid sering ditemukan ada khotib yang menebar kebencian dan mengobarkan permusuhan dalam isi khutbahnya. Ada masjid yang dipenuhi kegiatan partai politik dan selebaran kampanye politik. Ada pula masjid yang dijadikan basis penyebaran aliran sesat, termasuk NII.
<>
"Pemilihan khotib Jum'at harus sangan selektif. Khotib bukan saja wajib baca Al-Qur'an secara benar menurut kaidah, tapi juga madzhab dan ideology negaranya harus dipastikan tidak menyimpang," kata Wakil Ketua DMI Jawa Tengah Ahmad Rofiq dalam rapat penyusunan materi Pelatihan Khatib baru-baru ini.

"Untuk mencegah semua itu, pengurus DMI Jateng meminta seluruh pengurus takmir masjid  untuk menyeleksi khotib," tegasnya.

Ahmad Rofiq menyatakan, seluruh umat Islam harus mewaspadai gerakan trans nasional, NII, Wahabi, yang  menyebar lewat masjid. Mereka memanfaatkan kebaikan hati para takmir yang tulus untuk mengambil alih kendali masjid.

"Kelompok tersebut biasanya suka menuding bid'ah dan memfitnah orang lain musyrik bahkan kafir.  Cirinya sangat khas, yaitu suka memelihara jenggot dan memotong kumis, terkadang memakai jubah atau gamis, serta memakai celana congkrang," kata Rofik

Terhadap NII, Rofiq menyayangkan pemerintah yang tidak tegas. "NII sudah makar. Karena memiliki struktur negara di dalam negara," katanya.

"Sangat disayangkan pemerintah tak tegas soal NII. Menteri Agama malah mesra dengan NII," sesalnya.

Materi Sosial
Sementara itu, Biro Sosial Kemanusiaan dan Pembinaan Umat DMI Jateng Sadiman Al-Kundarto mengatakan, penyampaian khotbah Jum'at diharapkan tidak hanya berdomensi akhirat, tapi juga diminta menyentuh persoalan-persoalan sosial, terkait kemiskinan, pendidikan, kebudayaan, dan sebagainya.

"Pemberdayaan sosial ekonomi, kesantunan di jalan atau pasar, pendidikan, kebudyaan perlu disampaikan secara mendalam pada materi khotbah jumat," pintanya.

Dengan begitu, kata dia, jamaah bisa termotivasi dan tergerak dalam mengentaskan persoalan-persoalan sosial. Sebab fakta selama ini, berkurangnya umat Islam karena ikut orang yang memberi beras dan mie. Serta memberi pelayanan yang bersifat pertolongan ekonomi.

"Sudah saatnya kita membangun umat dengan cara memberdayakan umat pula," katanya.[]

Redaktur     : Hamzah Sahal
Kontributor : M Ichwan


Terkait