Warta

K.H. Hasyim Muzadi: “Gerakan Islam Fundamentalis Bukan Karakter Islam Domestik”

Kamis, 19 Februari 2004 | 11:33 WIB

Jakarta, NU.Online
Empat hari menjelang penyelenggaraan International Conference of Islamic Scholars 23-26 Pebruari 2004.Kamis, 19 Pebruari, Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) K.H. Hasyim Muzadi mengadakan jumpa pers di Hotel Mandarin, lantai 4 dengan puluhan wartawan dari berbagai media asing dan sejumlah perwakilan kedutaan besar negara – negara sahabat. Dalam jumpa pers yang dikemas dalam JFCC Lunch itu, K.H. Hasyim Muzadi menjelaskan soal “Meneguhkan Kembali Islam sebagai Rahmatan lil Alamin”, sebagai tema acara ini.

Menurut K.H. Hasyim Muzadi, alasan PBNU memilih tema tersebut sangat berkaitan dengan tuduhan bahwa Islam itu ajarannya berorientasi kekerasan. Sehingga diharapkan dengan konferensi yang akan dihadiri para ilmuwan Islam se-dunia itu, masyarakat dan para pemimpin negara-negara maju bisa memberikan penilaian yang sebaliknya, bahwa Islam bukanlah agama yang mengajarkan pemeluknya untuk melakukan kekerasan, melainkan Islam itu agama yang mengajarkan kepada setiap pemeluknya untuk bisa menjadi rahmat bagi seluruh umat manusia dan alam semesta.

<>

Dalam kesempatan itu, Kiai yang baru-baru ini dikabarkan telah dilamar oleh Megawati Soekarnoputri untuk menjadi wakil Presiden dalam Pemilu tahun 2004 ini mengatakan,”tidak akan mengundang para politisi atau pejabat-pejabat negara, karena menurut Muzadi konferensi ini ingin meletakkan Islam pada institusi di luar negara  yang concern dengan Islam atau studi Islam. Karenanya yang diundang dalam ICIS adalah ulama ulama atau cendekiawan Islam internasional,”terang Kyai Muzadi.

Berdasarkan tema itu kepada peserta JFCC Lunch, K.H. Hasyim Muzadi juga menjelaskan bahwa tujuan dari ICIS adalah untuk melakukan rekonstruksi pemikiran keagamaan yang bisa mempererat hubungan antar agama dan antar bangsa,”Jelas Kyai Muzadi. Untuk mencapai itu, kata Kyai Muzadi, ICIS juga akan merumuskan program-program aksi yang dapat mengembangkan dan mengaktualisasikan gerakan Islam yang rahmatan lil alamin. Tak kalah penting, ICIS nanti juga akan mengidentifikasi berbagai spektrum pemahaman Islam serta memetakan tipologi keislaman di berbagai penjuru dunia. Pemetaan ini penting, sebab masyarakat industri maju seringkali menggeneralisasi atau mensamaratakan model pendidikan-pendidikan Islam di seluruh dunia. Karena ditemukan rantai fundamentalisme Islam dalam madrasah-madrasah di Pakistan, maka masyarakat industri maju pun serta merta menuding praktik yang sama juga pasti dilakukan dalam madrasah-madrasah di Indonesia. Ini contoh penilaian yang sangat mekanis dan fatal,”kata Kyai Muzadi mencontohkan.

Padahal praktik pendidikan madrasah-madrasah di Indonesia tidak bermuatan fundamentalisme Islam,”tutur Kyai Muzadi menambahkan.Kentalnya materi kajian ICIS yang disosialisasikan K.H. Hasyim Muzadi tak urung mengundang pertanyaan peserta JFCC Lunch. Salah satu di antara wartawan asing itu menanyakan tentang kekuatan Jamaah Islamiyah. Menurut Kyai yang biasa dipanggil dengan Pak Muzadi ini, Jamaah Islamiyah (JI) di Indonesia itu kecil,”mereka bergerak di bawah tanah, kita lembaga formal keagamaan seperti NU tidak pernah mengetahui siapa mereka. Kami baru mengetahui siapa mereka setelah polisi berhasil menangkapnya,” tutur Kyai Muzadi.

Kyai Muzadi pun mewanti-wanti jika ada kekerasan yang dilakukan oleh sekelompok penganut Islam di Indonesia,sesungguhnya itu bukan karakter Islam domestik, melainkan tempelan dari luar,”kata Kyai Muzadi. Agaknya penjelasan Kyai Muzadi itu bukanlah tanpa dasar. Ketua umum PBNU pasca Gus Dur ini menjelaskan,”Islam domestik tidak memiliki akar sejarah kekerasan, sebab dalam sejarah agama-agama di Nusantara sebelum Indonesia diproklamasikan, masyarakat muslim saat itu bisa hidup berdampingan dengan saudara-saudaranya yang berbeda keyakinan agama,”kata Kyai Muzadi memaparkan.

Konferensi pers yang dimulai sejak pukul 13.00 s.d. 14.00 WIB itu berlangsung  dinamis, karena pesertaJFCC Lunch dengan K.H. Hasyim Muzadi secara bergantian mengajukan pertanyaan secara bergantian. Tanya jawab pun berkembang sampai pertanyaan soal sikap PBNU terhadap dikabulkannya kasasi Akbar Tanjung oleh Mahkamah Agung (MA). Terhadap pertanyaan yang diajukan Fathoni dari AFP ini, Kyai Muzadi mengatakan,”Secara nyata gerakan anti korupsi yang dijalankan NU dan Muhammadiyah telah mendapatkanhadiah dengan diloloskannya Akbar Tanjung oleh Mahkamah Agung,”jawab Kyai Muzadi. Maksudnya bukan berarti ini keberhasilan bagi Gerakan Anti Korupsi yang NU dan Muhammadiyah jalankan. Namun menurut kami,lolosnya Akbar Tanjung itu tidak mengurangi semangat Gerakan Anti Korupsi, tapi justru mengurangi wibawah dari Mahkamah Agung di hadapan rakyat Indonesia,”terang Muzadi. (Doel)

 


Terkait