Jakarta, NU Online
Kemarau berkepanjangan sejak April 2003 telah mengakibatkan sejumlah masyarakat di pantai utara Jawa Barat (Pantura) mulai mengalami kesulitan air bersih dan mengakibatkan sekitar 5.000 hektar sawah di Kabupaten Subang Jawa Barat mengalami kerusakan (puso) dari seluas 16.000 hektar mengalami kekeringan.
"Sebanyak 11.000 hektar sawah di Subang memang merupakan bagian dari rencana tanam, sedangkan yang mengalami puso bukan dari bagian rencana tanam," kata Bupati Subang, H. Rohimat.
Menurut Bupati kerusakan seluas 5.000 hektar itu akibat kesalahan perkiraan dari petaninya karena menyangka hujan akan turun pada Juli 2003 sehingga nekat untuk menanam.
Bupati juga mengatakan bahwa akibat kekeringan yang dialami wilayahnya untuk mengatasi kesulitan air irigasi kini mulai dilakukan penjatahan (giliran) sehingga diharapkan semua sawah dapat tercukupi kebutuhan airnya. "Kita akan coba agar kerusakan areal padi yang terjadi tidak bertambah parah," ujarnya.
Sedangkan daerah lain yang mengalami kekeringan tetapi tidak terjangkau saluran irigasi akan disediakan pengadaan sumur pompa yang sumber dananya berasal dari Pemda Subang dan Gubernur Jabar.
Namun penggunaan pompa itu hanya sementara karena jika pemakaian pompa terlalu berkepanjangan justru tidak akan efektif, sehingga Pemda Subang sampai saat ini masih menseleksi daerah mana saja yang membutuhkan pompa.
Ancaman mengenai air tidak saja terjadi di Pantura tetapi juga Waduk Jatiluhur yang mulai mengalami penurunan debit air diperkirakan untuk memenuhi kapasitas tertinggi Depkimpraswil akan membuat hujan buatan dalam waktu dekat.
Dilaporkan juga kapasitas produk air bersih di Indramayu saat ini mengalami penurunan dari 5 liter per detik menjadi 1 liter per detik.
Sementara itu sejumlah warga Kampung Paseban dan sebagian warga Kampung Cicantu, Desa Hegarmanah, Kecamatan Sukaluyu, Kabupaten Cianjur, Jabar terjangkit penyakit gatal-gatal akibat menggunakan air kotor, karena sulit mendapatkan air bersih di musim kemarau sekarang ini.
"Kami terpaksa menggunakan air kotor ini pak, sebab tidak ada lagi air bersih yang bisa digunakan. Sekalipun ada air dari Sungai Cikamuning, tetap saja kondisinya kotor," kata Ny Eti warga Kampung Paseban.
Menurut dia, meski kondisi seperti itu selalu dialami warga Paseban pada setiap musim kemarau, tapi sampai sekarang belum ada upaya untuk menanggulangi sulitnya memperoleh air bersih di daerah setempat.
"Dari dulu di sini selalu seperti ini, namun anehnya pemerintah tak pernah memikirkan agar hal ini tidak terjadi. Dan kenyataannya, warga selalu kesulitan air bersih, sehingga terpaksa menggunakan air kotor," sambungnya.
Saat ini yang kita jaga akibat kekeringan, menurut Bupati Subang adalah jangan sampai terjadi ada warga masyarakat yang mengalami kelaparan akibat dari musim kemarau berkepanjangan.
Berkaitan dengan itu pihak Pemda Subang telah melakukan pengawasan secara terus menerus dalam penyaluran beras bagi rakyat miskin (raskin), kata Rohimat.(mkf)