Jakarta, NU Online
Kondisi keamanan yang terus memburuk dan lumpuhnya transportasi dari dan menuju Aceh menyebabkan rakyat di Serambi Mekah itu mulai merasakan dampak operasi militer. Stok kebutuhan pangan menipis dan harga-harga melambung tinggi.
Di beberapa kawasan di Bireuen, aliran listrik, yang terputus sejak Selasa lalu, belum juga diperbaiki. Suasana sebagian kawasan Jeumpa gelap gulita pada malam hari.
Seperti yang terjadi di Lhok Seumawe, Selasa, terputusnya aliran listrik disebabkan sabotase. Tiang-tiang listrik ditumbangkan dan sebagian travonya dirusak atau dibakar. Tiang-tiang listrik yang rubuh dibiarkan bergeletakan di pematang sawah dan jalan-jalan desa.
Selain kekurangan suplai bahan makanan, sebagian masyarakat Aceh juga mengalami kelangkaan bahan bakar. Di beberapa tempat seperti Bireuen, Pidie, Takengon, dan Aceh Utara banyak SPBU tutup karena tidak mendapat suplai.
Rawannya keamanan jalan raya terasa misalnya di jalur Bireuen menuju Takengon Aceh Tengah. Di jalan itu, kemarin tiga kendaraan angkutan sayur- mayur dari Bireuen hangus dibakar sekelompok orang tak dikenal di kilometer 10 Jalan Gayo, Desa Teupin Mane, Kecamatan Juli.
Dari pantauan di beberapa pasar di Banda Aceh, harga-harga melonjak tak masuk akal. Harga telur yang tadinya Rp 7.300/kg menjadi Rp 13.000. Minyak goreng curah melambung dari Rp 4.000 menjadi Rp 8.500/kg. "Pokoknya barang-barang yang didatangkan dari Sumatera Utara naik akibat tak ada truk pengangkut yang beroperasi," ujar Abdullah, pedagang Pasar Aceh.
Sementara harga barang kebutuhan produksi lokal seperti beras juga naik, meskipun tidak "segila" kenaikan barang lainnya. Harga beras lokal yang biasanya Rp 2.500/kg kini dijual Rp 2.800 sampai Rp 3.000/kg. Sementara harga beras kualitas utama dijual Rp 4.000/kg, naik Rp 300/kg.
Nurdin Gani, pemilik usaha pengiriman barang Cahaya Ekspres di Jalan Rajawali, Medan, mengaku tak berani berisiko mengirim barang ke Aceh. Di gudang ekspedisi miliknya berbagai jenis bahan kebutuhan pokok-seperti minyak goreng, gula dan pakan ternak-menumpuk.
Menanggapi kelangkaan barang akibat rawannya keamanan ini Pemda NAD (Nanggroe Aceh Darussalam) berjanji akan segera memenuhi kebutuhan sembako bagi masyarakat di NAD dalam tempo 2 hari ini. Pemda NAD juga menjanjikan, transportasi akan segera beroperasi, paling lambat dalam 2 hari ini.
Pengangkutan bahan-bahan pokok yang didatangkan dari Medan, akan dikawal oleh aparat keamanan, TNI dan Polri. Nantinya, sejumlah truk pengangkut tersebut, akan memakai model konvoi untuk memudahkan pengawalan.
"Pengusaha truk, bus juga transportasi lainnya setuju dengan ide kita. Mereka mendukung. Jadi paling lambat dua hari ke depan, kebutuhan sembako dari Medan bisa didatangkan," jelas Gubernur NAD Abdulah Puteh pada wartawan usai melakukan pertemuan dengan pihak Organda dan sejumlah pengusaha angkutan di kantor gubernur, Banda Aceh, Sabtu (24/5/2003).
Untuk keperluan tersebut kata Puteh, sudah disiapkan 25 truk dari Banda Aceh menuju Medan. Di Medan sendiri, ada 100 truk yang siap diberangkatkan dari Medan. "Kita juga akan kawal untuk penyebaran sembako ke daerah-daerah, jadi bukan hanya ke Banda Aceh. Misalnya ke Takengon," lanjut Puteh. (kcm/dt/mkf)