Warta

Kasus Canberra Bukti Teror Juga Ada di Negara Maju

Sabtu, 4 Juni 2005 | 09:36 WIB

Surabaya, NU Online
Ketua Umum PBNU KH Drs A Hasyim Muzadi berpendapat bahwa kasus teror paket yang diduga berisi virus anthrax di KBRI Canberra, Australia membuktikkan bahwa teror atau pelaku teroris juga ada di negara maju atau negara Barat.

"Tempo hari, teror seakan-akan hanya ada di negara berkembang, di negara Timur, tapi dengan apa yang terjadi di Canberra membuktikan bahwa teror bisa ada di semua negara. Terorisme tak bisa dibatasi oleh negara atau agama," katanya di Surabaya, Sabtu.

<>

Ia mengemukakan hal itu usai berbicara dalam seminar nasional "Kebangkitan Nasional" di Universitas Kristen (UK) Petra Surabaya dengan pembicara lain Prof Dr JE Sahetapy SH MA (ketua Komisi Hukum Nasional) dan Prof Kutut Suwondo (dosen Fisipol Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga).

Menurut Hasyim, pemerintah Amerika Serikat dan Australia tidak perlu berpikir bahwa Indonesia merupakan teritorial terorisme, tapi berpikir bagaimana mengatasi terorisme secara bersama-sama dan melihat Indonesia sebatas korban dari terorisme.

"Karena itu pula, pemerintah Amerika dan Australia tidak perlu berbicara tentang travel warning (peringatan berwisata di negara tertentu) melalui media massa, tapi cukup dengan meneruskan kepada anggota atau warga negara Amerika yang ada di Indonesia," katanya.

Pengasuh Pesantren Mahasiswa Al-Hikam, Malang itu menyatakan jika travel warning diomongkan kepada pers tentu akan membawa efek samping yang tidak kecil, diantaranya ekonomi merosot, citra Indonesia merosot, dan hubungan antar negara juga terganggu.

"Itu (mengumumkan travel warning melalui media massa) memang kebiasaan Amerika, tapi saya minta hal itu tidak dilakukan kagi, karena efek samping-nya cukup serius, padahal yang terpenting adalah bagaimana mengatasi terorisme secara bersama-sama," katanya.

Ditanya tentang perlu-tidaknya pemerintah Indonesia juga menerapkan travel warning bagi warga negara Indonesia yang tinggal di Australia, ia mengatakan hal itu tergantung pada tingkat keamanan.

"Kalau bisa diamankan, saya kira nggak perlu ada travel warning, tapi kalau tidak ada jaminan ya apa salahnya, asalkan jangan di-ekspose kepada media massa, melainkan cukup antar anggota/warga," katanya.

Di hadapan ratusan peserta seminar, Hasyim Muzadi dalam ceramahnya menegaskan bahwa implementasi nasionalisme dapat merujuk pada semboyan "Bhinneka Tunggal Ika" (berbeda tapi tetap satu).

"Untuk itu sangat ditentukan pengertian agama, toleransi secara lintas agama dan etnis, koreksi atas era reformasi yang terlalu liberal, menumbuhkan etos kerja, dan mengangkat agama ke dalam kehidupan berbangsa dalam batas nilai-nilai," katanya.(ant/mkf)


Terkait