Sebagai pemimpin baru yang akan mengendalikan PBNU, KH Said Aqil Siroj mengaku siap dikritik jika ada kebijakannya yang dinilai kurang pas atau tidak tepat.
“Saya siapa dikritik daripada diomongin di belakang saja,” katanya ketika memberikan tausiyah pada peringatan hari lahir (Harlah) Muslimat yang ke-64 di Jakarta, Kamis (8/4).<>
Ia menjelaskan, setiap orang memiliki kaya kepemimpinan yang berbeda-beda dan itu sesuatu yang sifatnya alamiah serta harus diterima.
“Saya baru seminggu jadi ketua umum PBNU, masing-masing ketua umum mempuanyai pengalaman yang beda dari yang lain sehingga satu periode kepemimpinan akan berbeda dengan yang lain, tapi ini merupakan kekayaan jika dibangun dengan kebersamaan,” jelasnya.
Ia mengaku belajar banyak dari Gus Dur tentang bagaimana mensikapi persoalan dalam kehidupan. “Gus Dur, kalau ada yang mengadu punya kesulitan, kemudian ditanya, kalau ada solusinya ya udah ngak usah dipikir, tetapi kalau memang mustahil untuk diselesaikan, ya ngak usah dipikir juga,” terangnya.
Kang Said juga menjelaskan, NU sejak lahirnya tahun 1926 telah memiliki banyak pemimpin seperti Hasan Gipo, KH Wahid Hasyim, KH Idham Cholid dan lainnya, tetapi banyak yang lain yang selama ini belum dipahami secara utuh sejarah kehidupannya seperti Kiai Nur Surabaya, KH Nawawi Tohir, KH Mahfudz Siddik, KH Muhammad Dahlan dan KH Masykur. Ia berharap terdapat kajian yang lebih mendalam agar peran mereka dalam menumbuhkembangkan NU bisa terkuak. (mkf)