Warta

Kajian Islam Tentang Lingkungan Masih Minim

Rabu, 8 Juni 2005 | 11:35 WIB

Jakarta, NU Online
Kajian Islam mengenai lingkungan masih sangat minim, padahal banyak sekali teks Al Quran yang memberi perintah manusia  untuk memperhatikan dan memelihara alam, kata Tokoh Agama yang juga pengasuh Pondok Pesantren Darut Tauhid, Cirebon, Husein Muhammad.

"Sampai kini kajian Islam mengenai lingkungan sangat minim dan tidak intensif, malahan justru dimarjinalkan, padahal banyak sekali teks-teks Al Quran tentang alam ini," kata Husein Muhammad yang berbicara dalam Lokakarya "Merumuskan Peran Umat Islam dalam Konservasi Alam dan Lingkungan Hidup" di Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Jakarta, Selasa.

<>

Menurut Husein, kajian Islam soal lingkungan sangat penting karena motivasi agama dinilai signifikan untuk mensosialisasikan gagasan lingkungan hingga ke masyarakat di pelosok tanah air.

Ia juga mengakui umat Islam cenderung kurang memiliki kepedulian  pada lingkungan, padahal ayat-ayat Al Quran mengenai lingkungan cukup banyak. Karena itu umat Islam perlu disadarkan kembali kepada pedomannya.

Surat Ar Rum: 41 di mana Allah mengatakan, "Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka agar mereka kembali (ke jalan yang benar)" merupakan contoh jelas tentang kerusakan alam.

Contoh lainnya, urainya,  Surat Al Baqarah (2:284) yang menyatakan bahwa seluruh alam adalah milik Tuhan, bahwa apa yang diciptakan Tuhan  tidak ada yang sia-sia (Surat Ali Imran 4:190-191) dan alam semesta diciptakan serba berukuran (Al Qamar, 54:49).

Jika manusia diberi hak  atau izin memanfaatkan alam bagi kebaikan dirinya maka manusia diperintahkan bertindak sesuai aturan moral, jika tidak maka tindakan itu hanya akan merugikan diri mereka sendiri seperti pada Surat 2:188, 5:18, 59:7, 107:1-7 dan lainnya.
Tuhan, ujar kyai yang sering diundang FAtayat NU sebagai narasumber tersebut, juga mengecam manusia yang merusak alam seperti tertulis dalam Surat 2:60, 2:205, 7:56, 7:85, 28:88, 26:183 dan lainnya. Dan bahwa tindakan merusak alam adalah bentuk kezaliman dan kebodohan manusia.

Dalam konteks pesantren, kyai masih menjadi sentral bagi perubahan sosial sehingga pendekatan konservasi alam melalui tokoh-tokoh agama, menurut dia, sangat tepat.

Pondok pesantren tercatat sebanyak 11.312 buah di seluruh Indonesia dengan jumlah santri lebih dari 2,7 juta jiwa di mana  78 persen atau  8.829 pesantren berada di pedesaan, dan sisanya  di daerah pertanian dan pegunungan. Kenyataan ini dinilai berpotensi sebagai lokomotif bagi penularan kesadaran konservasi alam.

"Menggunakan tokoh agama untuk mensosialisasikan perlunya pemeliharaan lingkungan sangat tepat, seperti juga dulu ketika mensosialisasikan Keluarga Berencana (KB), umat Islam berperan aktif setelah adanya keterlibatan tokoh agama padahal sebelumnya sulit," katanya.

Menurut dia, menggunakan ayat-ayat suci Al Quran dan ulama dalam mensosialisasikan suatu kebaikan merupakan hal yang dibenarkan, dan akan menjadi salah jika penggunaan ayat dan tokoh agama adalah untuk kepentingan pribadi atau politik.(ant/mkf)

 


 


Terkait