Jakarta, NU.Online
Untuk mensukseskan International Conference of Islamic Scholars (ICIS) PBNU mengadakan jumpa pers dengan media asing yang dikemas dalam JFCC Launch untuk menjelaskan maksud dan tujuan seminar yang akan diselenggarakan di Jakarta (23-26 Februari) mendatang.
Konferensi pers yang diadakan di Mandarin Hotel Jakarta, kamis (19/02) ini dihadiri oleh Ketua Umum PBNU, KH. Hasyim Muzadi, dan ketua panitia OC, H.M. Rozy Munir. Dalam pertemuan tertutup itu dibahas soal-soal kesiapan seminar, pandangan serta masukan media-media asing tersebut atas inisiatif PBNU menggelar acara yang bertajuk Islam sebagai Rahmatan Lil Alamin. Perwakilan media asing yang hadir antara lain, BBC, AFP, New York Times, AP, CNN, Washington Post, Daily Ekspres Malaysia, ABC News dan lainnya.
<>Dalam kesempatan itu Hasyim Muzadi mengatakan NU sebagai komponen bangsa ingin menjelaskan posisi Islam yang sebenarnya yang jauh dari kekerasan dan watak terorisme. "Watak kekerasan yang timbul akibat propaganda media memang berdampak luar biasa terhadap pencitraan Islam, karena itu usaha PBNU yang bekerjasama dengan Departemen Luar Negeri Republik Indonesia (DEPLU RI) berusaha semaksimal mungkin menjelaskan kepada publik, khususnya peranan Islam di Indonesia dalam memberantas terorisme," ungkapnya.
Karena itu, lanjut Hasyim dunia harus membedakan pemahaman antara Islam sebagai ajaran dengan Islam sebagai gerakan. Kenyataan ini berimplikasi pada politik pencitraan yang dibangun. Bagi Hasyim usaha memahami Islam dari sudut gerakan ini banyak menimbulkan kesan salah dan memasukan Islam sebagai kelompok radikal, padahal unsur radikalisme ada dalam semua ajaran agama. Persoalannya adalah unsur radikalisme itu muncul akibat tekanan dari budaya, lingkungan dan situasi yang rentan dari ketidakadilan.
“Kalangan akademisi sudah tahu dan bisa membedakan dan melihat Islam sebagai pandangan hidup yang berbeda dengan gerakan. Namun, masyarakat awam tidak mudah untuk membedakannya. Meskipun, mereka sendiri tahu dari kalangannya sendiri ada juga yang radikal,” ujarnya beralasan.
Lebih jauh mantan ketua PWNU Jatim ini mengungkapkan dalam seminar international itu akan hadir para pemikir terkemuka dari seluruh dunia yang membincangkan dan menggagas tema besar tentang Islam yang membawa rahmat bagi semesta alam. Diharapkan dari seminar ini menghasilkan rekomendasi yang komprehensif tentang pemahaman Islam yang damai, toleran dan menjunjung tinggi nilai-nilai universal.
Selain itu akan hadir juga beberapa pembicara dari kalangan pesantren di Indonesia, yang selama ini oleh Barat sering disamakan dengan gerakan Madaris di Pakistan yang menggunakan cara-cara kekerasan dalam memperjuangkan prinsip-prinsipnya."Tokoh-tokoh pesantren ini akan hadir memberikan perspektif pemikirannya yang moderat, sekaligus mengadakan kunjungan ke beberapa pesantren NU di Jawa-Tengah dan Jawa-Timur," imbuhnya (cih)