Warta

Jenazah Syekh Alawy Menebarkan Bau Wangi

Ahad, 31 Oktober 2004 | 12:47 WIB

Jakarta, NU Online
Takbir dan tahmid bergema mengiringi pemakaman guru kaum Sunni sedunia Syekh Muhammad Alawy Al Maliki kemarin. Jenazah ulama besar yang juga menjadi panutan para kiai di Indonesia itu diusung secara bergantian dari Masjidilharam menuju peristirahatan terakhirnya di Pemakaman Umum Al Ma’la, Ala Mukarramah. Jauhnya sekitar satu setengah kilometer. Siti Khadijah, istri Nabi Muhammad, juga dimakamkan di tempat tersebut.

Di sela-sela menjalankan ibadah umrah Ramadan, wartawan koran ini, Arief Afandi, sempat mengikuti proses pemakaman Syekh Alawy. Berbeda dari biasanya, jenazah Abuya Alawy -demikian ulama tersebut biasa dipanggil di Indonesia- mendapatkan penghormatan yang begitu besar. Ribuan orang ikut mengantarkannya. Sambil berlari kecil sepanjang perjalanan, mereka terus bertakbir dan bertahmid. Beberapa orang berkulit hitam tampak histeris dan menangis sambil menyebut-nyebut nama ulama besar itu.

<>

Sejumlah orang juga tampak berebut untuk bisa ikut mengusung keranda jenazah Abuya. Massa di sepanjang perjalanan antara Masjidilharam sampai Ma’la juga tampak berhenti memberikan penghormatan. Toko-toko di sepanjang pasar seng -pasar tradisional terkenal di dekat Masjidilharam- mematikan lampu saat jenazah lewat. Saat di semayamkan di kediaman, ribuan orang berdatangan untuk bertahlil.

Setelah disalatkan usai salat isya di dekat Kakbah, jenazah ahli hadis tersebut diusung menggunakan dipan biasa. Jenazahnya hanya ditutupi kain hijau. Wajah-wajah Indonesia -sebagian besar adalah santri Abuya- ikut berlarian mengikuti jenazah. Ada tiga jenazah yang diusung bersamaan dengan Sayid -panggilan akrab lain Abuya. Ia berada di urutan kedua. Di antara ketiga jenazah itu, jenazah Abuya paling menaburkan bau wangi.

Hal tersebut kontras dengan jenazah pertama yang beberapa kali menaburkan bau bangkai. "Saya curiga bahwa itu bukan jenazah Sayid. Sebab, sejak keluar dari masjid, beberapa kali saya mencium bau tidak enak dari jenazah itu," kata Ja’far, salah seorang santri Abuya, yang sempat terkecoh mengikuti jenazah di urutan pertama sampai Ma’la.

Memang, banyak orang yang kecele saat memberikan penghormatan terakhir terhadap Abuya. Ratusan orang mengira jenazah Sayid diusung di urutan pertama. Bahkan, mereka sempat berebut untuk bisa mengusung jenazah berbadan kecil tersebut. Ketika jenazah pertama diturunkan ke liang lahat, di antara mereka juga berebut untuk mendekatinya. Ternyata, jenazah pertama itu bukan milik Abuya, meski dimakamkan tak jauh dari tempat Siti Khadijah.

Pada musim umrah Ramadan seperti sekarang, di Masjidilharam selalu dilaksanakan salat jenazah setiap selesai salat lima waktu. Demikian juga pada musim haji. Biasanya, selalu ada lebih dari satu jenazah yang disalati. Jenazah yang sebagian besar merupakan para jamaah haji dan umrah dari seluruh dunia itu kemudian dimakamkan di Pemakaman Al Ma’la. Di Madinah, makam yang tersohor bernama Al Baqi yang berada di samping Masjid Nabawi.

Sayid Muhammad Alawy Al Maliki adalah ulama besar. Dia tergolong tokoh kontroversial di Arab Saudi. Dia merupakan ulama Sunni masa kini yang berani melawan dan berdebat secara terbuka dengan para ulama Wahabi. Sunni adalah aliran dalam Islam yang diikuti sebagian besar muslim di dunia. Disebut kontroversial karena yang dominan di Arab Saudi adalah paham Wahabi. Pemerintahnya juga merupakan penganut paham itu.

Namun, karena kepandaian dan pengaruhnya, ulama berusia 57 tahun tersebut juga disegani pemerintahan Raja Fahd dan para ulama Wahabi setempat. Tahun lalu, dia memenangkan perdebatan tentang agama dengan para ulama Wahabi. Perdebatan tersebut disiarkan langsung televisi di Arab Saudi. Karena itu, pemerintah Arab lantas memperbolehkan dirinya mengaji kembali di Masjidilharam.

Sebelumnya, dia memang dilarang mengaji di tempat para umat Islam berkumpul setiap tahun untuk berhaji itu. Hal tersebut disebabkan sikapnya yang secara terbuka menentang paham Wahabi. Sayangnya, Abuya tak juga sempat mau mengaji di Masjidilharam sampai penyakit kencing manis merenggut nyawanya.

Sayid Alawy mengembuskan napas terakhirnya pada Jumat pagi (waktu Makkah) setelah salat subuh di Rumah Sakit Ar Rofi’, Makkah. Kematian Abuya itu mengejutkan banyak pihak. Sebab, malamnya, belum ada tanda-tanda dia akan menghadap Sang Khalik. Malam sebelum meninggal, Abuya masih ikut salat tarawih di rumahnya. Sebelum disalatkan di Masjidilharam, Abuya sempat disemayamkan di rumahnya dan di rumah anak tertuanya.

Kebesaran Abuya tidak hanya di Indonesia, tapi juga di negara-negara Afrika, Mesir, ASEAN, serta sejumlah negara yang mayoritas penganut Sunni. Di Indonesia, hampir semua kiai menghormatinya. Apalagi, kakek Sayid Alawy tersebut adalah guru pendiri NU KH Hasyim Asy’ari. Karena itu, menjelang Pemilu 1999, sejumlah tokoh Indonesia, termasuk Ketua DPP PAN M. Amien Rais, mengunjungi Abuya untuk merebut simpati kalangan nahdliyin.

Beruntung, saat musim haji 2001, saya sempat


Terkait