Warta

Jangan Jadi Bangsa yang Suka Menyalahkan

Kamis, 29 Maret 2012 | 02:15 WIB

Batu, NU Online
Karut-marutnya kondisi bangsa Indonesia saat ini tidak terlepas dari karakter bangsa yang suka menyalahkan dan merendahkan orang lain ketimbang melakukan introspeksi atas kesalahan sendiri.

Demikian dikatakan Staf khusus Presiden RI Bidang Komunikasi dan Telekomunikasi, Ahmad Yani Basuki saat memberikan ceramahnya pada Pengajian Eksekutif  Malang Raya VIII yang dihadiri para pejabat pemerintah dan Pengurus NU se- Malang Raya di Pendopo Kota Batu.<>

Lebih lanjut Ahmad Yani menuturkan, untuk memperkokoh jatidiri bangsa, perlu memperkuat empat pilar kebangsaan, yaitu  ulama, umaro, cendekiawan dan pengusaha. Masing-masing harus dapat bertindak jujur dan berfungsi secara sportif, positif dan bersinergi.

‘’Kekerasan dan mentalitas menyalahkan orang lain, bertentangan dengan jatidiri. maka sebagai elemen bangsa harus bersikap adil, mengenali jatidirinya bahwa dengan bersyukur, bersikap positif dan apresiatif terhadap prestasi yang dicapai bangsa menjadi reduksitas ambisi,’’ paparnya dalam acara pengajian yang digelar Sabtu (2403) lalu.
 
“Janganlah terpikir, untuk mencapai keunggulan dan kekuasaan, harus dengan merendahkan dan menyalahkan orang lain, apalagi membuat rakyat gaduh,” tambahnya.

Ahmad Yani memaparkan fenomena-fenomena yang terjadi belakangan ini di Indonesia. “Sekarang ini banyak orang gaduh karena mereka biasa membicarakan bad news (berita buruk). Padahal jika ada bad news itu ada sisi good news (berita baik) yang justru memberikan keuntungan bagi semuanya,” terangnya.

Dia menyontohkan  Jakarta, setiap hari orang mengeluh adanya kemacetan karena jumlah kendaraan yang meningkat tajam. “Kemacetan memang bad news, namun god newsnya adalah kemacaten adalah salah satu pertanda kesejahteraan warga yang meningkat sehingga bisa membeli mobil atau motor,” lanjut dia.

‘’Begitu juga di Kota Batu. Hampir setiap weekend atau liburan panjang terjadi kemacetan karena banyaknya kendaraan wisatawan. Namun dari banyaknya wisatawan itu, mereka datang membelanjakan uangnya di Kota Batu sehingga membuat perputaran roda perekonomian meningkat,” tegas Ahmad Yani.

Dia pernah mendampingi Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) ke sebuah provinsi dan berniat memberikan program untuk kepentingan masyarakat. Dia meminta Gubernur memberikan presentasi sehingga Presiden mengetahui kebutuhan masyarakat. Setelah itu Presiden memberikan programnya sehingga berkunjung ke provinsi itu.

“Hampir semua warga mengelu-elukan Presiden karena programnya. Lalu dalam kunjungan itu ada sepuluh orang yang melakukan demo. Namun kabar yang berkembang adalah Presiden didemo di daerah tersebut, padahal aksi sepuluh orang belum mewakili warga,” lanjutnya 

Karena itu, semua pihak harus bisa mawas diri dalam kondisi seperti sekarang. Mereka juga tidak boleh hanyut dengan profesinya, namun tetap harus berbagi. Begitu juga dengan masyarakat harus bisa menjalani dengan rasa optimisme.

“Indonesia adalah negara yang kuat. Banyak tokoh luar negeri mengatakan Indonesia adalah salah satu kekuatan dunia dalam 2025. Saat ini semuanya berkembang termasuk demokrasi. Tidak ada negara dimanapun yang bisa menerapkan demokrasi seperti di Indonesia. Negara-negara Arab, banyak rajanya bertumbangan karena tidak bisa menerapkan sistem demokrasi. Semua harus optimis,” tegas dia

Dalam kesempatan itu, Nusron Wahid, Anggota Komisi XI DPR RI yang juga Ketua Umum GP Ansor dan Wali Kota Batu, Eddy Rumpoko juga menjadi pembicara. Moderator pengajian yang digagas Yayasan Sabilillah Malang ini adalah H M. Mas’ud Said dari Malang.

Banyak wejangan yang diberikan oleh para pembicara dalam pengajian mengambil tema ‘Memperkuat Jati Diri Melalui Kesalehan Sosial dan Kebangkitan Ekonomi’ tersebut.

Saat membuka pengajian, Mas’ud Said menyebutkan jika mereka adalah orang langgar (musholla).

Itu artinya mereka sejak kecil sudah terbiasa mengaji di langgar dan sekarang tumbuh desa dan dipinjam oleh berbagai profesi. Tidak ada salahnya jika berbagai profesi itu kemudian kembali ke langgar untuk melakukan pengajian lagi. 

Ahmad Yani tentu sangat setuju jika mereka dikatakan sebagai orang langgar. Dia juga mengakui jika sebelumnya banyak mengaji di langgar. Jika sekarang mereka kembali ke langgar, bukan berarti setiap hari datang ke langgar. Pengajian eksekutif yang digelar setiap dua bulan sekali seperti itu menjadi salah satu arti jika mereka kembali ke langgar.
 

Redaktur: A. Khoirul Anam
Penulis: Abdul Mujib Syadzili


Terkait