Jamaah Syatariyah Diminta Bersatu Hadapi Serangan Anti Aswaja
Jumat, 14 November 2008 | 06:01 WIB
Jamaah Syatariyah di Sumatera yang berpahamkan Ahlussunnah wal Jamaah (Aswaja) bermazhabkan Imam Syafii diminta meningkatkan persatuan dan kesatuan dalam kehidupan sehari-hari guna menghadapi serangan kelompok anti Aswaja.
Keterlibatan sejumlah tokoh ulama dan jamaah Syatariyah di sejumlah partai politik jangan sampai merusak persaudaraan yang sudah terbina dengan baik selama ini. Saat ini sejumlah tokoh jamaah Syatariayah ada yang di PPP, PKB, Golkar, Hanura, PKBP dan beberapa partai politik lainnya.<>
Ketua Umum DPP Jama’ah Syathariyah Sumbar-Riau-Jambi dan Bengkulu Tuanku Ismet Ismail Koto Tuo menegaskan hal itu di hadapan jamaah Majelis Taklim Ahlussunnah wal Jamaah Kabupaten Padangpariaman, Kamis (13/11) malam di Surau Baiturrahim Kampungsuduik Enamlingkung, Padangpariaman.
Kontributor NU Online Bagindo Armaidi Tanjung dari Padang melaporkan, majelis taklim Ahlussunnah wal Jamaah yang dihadiri sekitar 200 orang, diiringi dengan acara Yasinan, Tahlilan dan Shalawat badar.
Menurut Tuanku Ismet, saat ini serangan terhadap amaliah yang dilakukan jamaah Syathariyah semakin gencar dilakukan oleh pihak-pihak tertentu yang tidak paham dan hanya melihat dari kulitnya saja.
Tuanku Ismet menceritakan, dirinya baru saja menerima pesan singkat (SMS) yang isinya menggugat dan menuduh tradisi Aswaja seperti ziarah kubur, batu angkek, dan tabuik sebagai syirik. “SMS ini jelas-jelas tendesius,” kata Ismet yang juga anggota DPRD Sumbar dari Fraksi Golkar.
Tuanku Ismet, amat menyayangkan SMS tersebut yang mempersoalkan masalah ziarah kubur. SMS tersebut apakah memang keputusan MTKAAM (Majlis Tinggi Kerapatan Adat Alam Minangkabau), atau keinginan segelintir orang yang mengatasnamakan MTKAAM.
“Ini perlu diselidiki lebih lanjut. Padahal ziarah kubur tersebut salah satu ibarat sowan kepada yang senior. Hanya saja karena yang bersangkutan sudah meninggal dunia, hanya bisa menziarahi kuburannya. Bukan berarti ziarah itu tersebut menyembah kuburan ini,” katanya.
Menanggapi bunyi SMS yang diterima Tuanku Ismet tersebut, Ketua Angkatan Muda Tarekat Islam (AMTI) Sumatera Barat Dedy Edwar SE mengatakan, seharusnya MTKAAM perlu pemahaman lebih dalam terkait dengan ziarah kubur. Amat keliru jika dikatakan ziarah kubur menyembah batu.
“Ziarah dimaksudkan mengunjung makam ulama yang memiliki ilmu agama dan patut dihormati. Jadi bukan menyembah batu (nisan),” kata Dedi Edwar yang juga anggota DPRD Padangpariaman.
Pimpinan Pondok Pesantren Jamiatul Mukminin Sintuak Tobohgadang Padangpariaman Azwar Tuanku Sidi mengakui adanya masyarakat awam yang seolah-olah meminta pada batu tersebut. Inilah yang perlu diluruskan. Jika ada yang meminta sesuatu kepada batu, itu memang keterlaluan.
“Tapi jangan menyamaratakan semua yang ziarah itu minta sesuatu pada batu, melakukan syirik. Ziarah yang dilakukan tersebut memiliki dasar yang kuat. Hanya saja ada pihak yang pengetahuan agamanya masih dangkal, serta merta mencam itu syirik. Pelajari dulu secara menyeluruh, baru mengeluarkan fatwa,” kata Azwar Tuanku Sidi.
Sedangkan menanggapi tabuik yang dianggap syirik, Wakil Sekretaris MUI Kabupaten Padanpariaman Drs Amiruddin Tuanku Majolelo mengatakan, apakah yang mengirim SMS itu paham apa itu tabuik. Apakah termasuk budaya atau ibadah.
Kalau kegiatan tradisi budaya, jangan dianggap syirik. “Selama ini, sepengetahuan saya tabuik bukanlah kegiatan ibadah. Tapi tradisi budaya yang tumbuh di Pariaman. Jadi pelajari dululah. Jangan cepat-cepat menuduh yang tidak pada tempat. Apalagi menjelang Pemilu 2009 ini, bisa-bisa menimbulkan konflik di tengah masyarakat,” kata Amiruddin. (nam)