Warta

Islam Berkembang atas Jasa Ilmuwan, bukan Politisi

Jumat, 11 September 2009 | 04:00 WIB

Jakarta, NU Online
Sejarah telah menunjukkan kejayaan yang dicapai oleh umat Islam karena ketekunan para ilmuwannya dalam mengabdikan diri, bukan karena pemerintah atau politisi yang selalu mengalami pertarungan berdarah.

Demikian dikatakan oleh Ketua PBNU KH Said Agil Siradj dalam tausiyah buka bersama yang diselenggarakan oleh PBNU di gedung PBNU, Kamis (10/9).<>

Dikatakannya bahwa setelah masa khulafaurrasyiridien, hanya terdapat empat khalifah yang bisa dikatakan menjalankan nilai-nilai Islam secara benar, yaitu Umar bin Abdul Aziz dari dinasti Ummayah, Harus al Rasyid dari dinasti Abbasiyah, Salahuddin al Ayyubi yang membebaskan Masjidil Aqsa dan Muhammad al Fatih yang mampu merebut Konstantinopel.

Nama-nama para ilmuwan Islam yang memberi kontribusi dan mengharumkan nama Islam di dunia lebih banyak lagi seperti para fuqoha, Imam Malik, Hanafi, Hambali, Syafii, Imam Ghozali, para filosof dan lainnya.

“Harus ada orang yang tekun dan terus menembangkan ilmu agama secara benar, tak semua harus jadi politisi atau aktifis,” katanya.

Sayangnya mulai abad 6 Hijariyah atau abad 12 M, perkembangan ilmu pengetahuan dalam dunia Islam mengalami kemunduran dan baru bangkit kembali abad 18 yang dilakukan oleh para pembaharu seperti Jamaluddin Al Afgani dan Muhammad Abduh, rektor universitas Al Azhar yang membuka cakrawala baru dalam keilmuan Islam dengan memasukkan materi filsafat dalam kurikulum Al Azhar yang sebelumnya dilarang.

Sebagai organisasi yang dilahirkan oleh para ulama dengan tujuan mengembangkan dakwah, Kang Said meminta agar para politisi juga tidak mencampuradukkan peran keilmuan ini dengan tujuan-tujuan politik. “Kalau sudah di NU, ya jangan di partai politik,” tandasnya. (mkf)


Terkait