Warta

IPB Titipkan Konsep Pertanian Kepada Hamzah Haz

Sabtu, 12 Juni 2004 | 02:50 WIB

Bogor, NU Online
Kalangan akademisi Institut Pertanian Bogor (IPB) menitipkan konsep pertanian kepada Capres Hamzah Haz bertajuk "Pembangunan Pertanian Holistik Berkelanjutan sebagai Platform Pembangunan Ekonomi Nasional".

"Kalau bapak menjadi presiden, jangan bawa konsep yang baru, ini saja yang dibawa, bangsa kita pasti akan selamat," kata Wakil Rektor IV IPB Dr Asep Syaifuddin kepada Hamzah Haz saat berdialog dengan kalangan akademisi IPB, di Bogor, Jumat. "Saya dukung sepenuhnya itu," kata Hamzah menimpali saat memberikan sambutan. Konsep tersebut pun kemudian diserahkan Asep kepada Hamzah Haz.

<>

Dalam konsep yang disusun oleh Kelompok Kerja Politik Pertanian IPB itu antara lain disebutkan bahwa krisis perekonomian nasional yang berkepanjangan, telah berdampak luas terhadap kehidupan rakyat, terutama rakyat kecil yang sebagian besar petani dan nelayan, karena kekeliruan kebijakan pembangunan ekonomi masa lalu, dan lemahnya komitmen politik nasional terhadap sektor pertanian.

Disebutkan, kondisi petani dan nelayan nasional menunjukkan terjadi proses marjinalisasi yang membuat tingkat kehidupan mereka semakin terpuruk.

Konsep tersebut juga menyebutkan 13 langkah strategis yang harus dilakukan secara simultan, yakni gerakan membangun desa, meningkatkan profesionalitas dan daya saing, menumbuhkan kewiraswastaan, melakukan konsolidasi lahan, menata kelembagaan petani, membangun infrastruktur.

Lalu, meningkatkan peran peternakan dan perikanan darat, meningkatan peran perikanan laut dan maritim, meningkatkan peran perkebunan, meningkatkan peran pertanahan dan kehutanan, meningkatkan produktivitas lahan, meningkatkan pemanfaatan peluang ekspor, dan restrukturisasi institusi sektor pertanian. "Pertanian jangan lagi dikesampingkan," kata Asep menambahkan.

Hamzah pun menyadari bahwa Indonesia merupakan negara agraris dan kelautan, sehingga potensi besar itu yang harus dikelola dengan baik untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat, bukan lagi bertumpu pada sektor migas dan pinjaman luar negeri.
(mkf/an)


Terkait