Jakarta, NU Online
Upaya untuk memberdayakan lulusan pesantren agar bisa bersaing dan memasuki bidang yang lebih luas terus diupayakan. Salah satu usaha yang dilakukan oleh departemen agama adalah menjalin kerjasama dengan IPB dan UIN Syarif Hidayatullah dengan memberikan beasiswa kepada lulusan pesantren untuk bisa kuliah di dua universitas terkenal tersebut.
Untuk IPB Program yang mulai dibuka pada tahun akademik 2005/2006 ini ditandatangani Rektor IPB Prof Dr Ir Ahmad Ansori Mattjik, MSc dan Direktur Jenderal Kelembagaan Agama Islam Departemen Agama Republik Indonesia (Depag RI) Prof Dr Qodri A Aziy Jumat (13/5) di Kantor Depag Jakarta.
<>Mereka akan diterima melalui jalur beasiswa utusan daerah. Pesantren diberi jatah sebanyak 25 orang dan setelah lulus, para santri tersebut diwajibkan untuk kembali ke pesantrennya masing-masing untuk mengembangkan agribisnis. Biaya sumbangan pembinaan pendidikan (SPP), biaya hidup, asrama dan lain-lain semua ditanggung oleh Depag selama pelaksanaan pendidikan.
Untuk UIN Syarif Hidayatullah, direncanakan sebanyak 40 orang akan ditampung di fakultas kedokteran dengan berbagai jurusan seperti kedokteran umum, farmasi, keperawatan dan lainnya.
Prof. Dr. Masykuri Abdillah yang merupakan salah satu wakil rektor di universitas tersebut mengungkapkan bahwa mereka yang diterima adalah pesantren yang sudah memiliki Madrasah Aliyah. Mereka yang mendaftarkan diri harus dari jurusan IPA, memiliki nilai diatas 7, bisa membaca kitab kuning serta memiliki rangking kelas 1 – 5.
Masykuri yang juga menjadi salah satu ketua PBNU tersebut menambahkan bahwa
Saat ini Depag sedang melakukan penyaringan ke 250 pesantren. Selanjutnya mereka akan dites oleh fihak UIN sendiri dalam proses masuknya. Mereka juga diharuskan kembali ke pesantrennya masing-masing setelah lulus.
Program ini dilatarbelakangi oleh upaya untuk memberdayakan pesantren. Masykuri berpendapat bahwa cukup sulit bagi siswa dari madrasah Aliyah untuk bisa bersaing lewat Sistem Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) yang dilaksanakan oleh perguruan tinggi negeri dan harus bersaing dengan para siswa dari SMA.
“Kalau ada anak pesantren tak lulus SPMB, itu bukan salah mereka karena yang diajarkan tak maksimal. Sebenarnya banyak diantara mereka yang cerdas-cerdas,” tandasnya.
Faktor lainnya, berat juga bagi anak di pesantren untuk bisa membiayai kuliah di fakultas kedokteran dengan biaya per tahun senilai 150 juta rupiah. “Lalu apa gunanya UIN Syarif didirikan jika tidak melibatkan pesantren dan hanya menerima lulusan dari SMA saja” imbuhnya.(mkf)