Warta

Ideologi Modal Jadikan Pragmatisme Politik

Kamis, 17 Juli 2008 | 15:05 WIB

Jakarta, NU Online
Anggota DPR dari Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Arif Mudatsir Mandan berpendapat saat ini kepercayaan masyarakat terhadap partai politik menurun sangat tajam akibat perilaku para politisinya.

Salah satu sebabnya adalah perubahan orientasi yang hanya diabdikan untuk modal. “Ideologi kita sangat pragmatis, hampir tak ada sesuatu yang diperjuangkan untuk yang akan datang,” katanya dalam seminar yang diselenggarakan oleh Ikatan Keluarga Alumni Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (IKA PMII) di Jakarta, Kamis (17/7).<>

Hal ini berbeda dengan para politisi di masa lalu yang masih memiliki ideologi politik yang diperjuangkan, yang menjadikannya memiliki sebuah visi bagaimana Indonesia ke depannya.

Ketidakberfihakan para pemimpin tersebut salah satunya bisa dilihat dari sejumlah produk Undang-Undang (UU) yang lebih memenuhi kepentingan asing seperti UU Penanaman Modal dan UU tentang pengelolaan sumber daya air yang sangat merugikan kepentingan para petani sebagai pengguna terbesar air.

“Kita tidak bisa menghentikan, juga tak bisa menyetop liberalisasi modal, tetapi minimal negera harus bisa membatasi modal. Sekarang ini kapitalisasi modal justru diteguhkan oleh negara,” terangnya

Kondisi ini semakin memprihatinkan dikarenakan partai adalah produsen utama para pemimpin di Indonesia. Karena itu menurut ketua IKA PMII ini, menjadi penting untuk mengingatkan para generasi muda di bawah umur 40 tahun yang nantinya menjadi para pemimpin tentang pentingnya keberfihakan pada rakyat kecil.

Arief berpendapat, perlawanan memang dilakukan, tetapi tertelan oleh arus yang kuat. Masih diperlukan waktu yang panjang untuk membesarkan kelompok yang mampu melawan ini. Untuk saat sekarang kesabaran politik sangat diperlukan guna menata sistem rekrutmen kepemimpinan dimasa mendatang.

Wakil Ketua Partai Demokrat Prof Dr Mubarok mengakui saat ini kualitas pemimpin yang ada hanyalah ‘pas-pasan’ karena itu diperlukan dukungan dan kerjasama semua fihak guna mendukung pemimpin tersebut serta kesabaran politik.

Siapapun pemimpinnya, tugas yang dihadapi berat, sulit dan rumit, tetapi tidak boleh mengeluh. Menurutnya, pencapaian yang lambat tapi pasti lebih baik daripada cepat tapi tak pasti. “Tujuan NKRI bukan hanya lima tahun saja, jauh lebih panjang dari itu,” tandasnya. (mkf)


Terkait