Jakarta, NU Online
Ketua Penyelenggara International Conference of Islamic Scholars (ICIS) HM Rozy Munir yang diadakan beberapa waktu lalu mengharapkan agar organisasi yang dibentuk setelah konferensi 23-25 Februari 2004 ini dalam struktur PBNU ditempatkan sebagai special case, special task.
“Mungkin tidak langsung garis lurus dalam struktur NU, tetapi titik-titik, semacam special case, karena sekjen ICIS adalah ketua umum PBNU dan penasehat ICIS direncanakan dari kalangan internasional. Kalau langsung dibawah NU nanti bagaimana karena mereka sudah kaliber internasional,” ungkapnya kepada NU Online beberapa waktu lalu.
<>Struktur tentang posisi keorganisasian tersebut akan diputuskan dalam muktamar NU mendatang sebagai forum organisasi tertinggi. “Ini adalah kiprah NU dalam dunia internasional, yang baik jangan dibubarkan. Selama ini NU diidentikkan tradisional, pedesaan, masyarakat petani, tetapi kemudian mencuat bisa menggerakkan konferensi ini dengan baik yang membelakkan kalangan luar, dan ini harus dimaintain,” tambahnya.
Anggota Panwaslu Pusat tersebut juga menambahkan bahwa sekretariat ICIS memang dalam koordinasi PBNU, tetapi negara yang akan menyelenggarakan konferensi ini bergiliran. Menurut rencana, konferensi yang akan datang akan diselenggarakan di Marokko 2006.
Selain itu, ICIS akan didaftarkan di PBB. Namun demikian dalam bagian atau divisi mana, akan dikonsultasikan dengan Deplu, dan kemudian juga akan menghubungi OKI yang mana tokoh-tokohnya ikut datang dan memberi masukan. “Jadi ini satu yang strategis, tinggal melihat bagaimana ICIS ini kan milik bersama, bukan segolongan elit di NU saja<’ tandasnya.
Dalam konferensi tersebut hadir para ilmuwan Islam dari 42 negera baik dari Iran, Mesir, India, Tunisis, serta beberapa negara di Eropa seperti Inggris dan Perancis, bahkan dari negara-negara komunis seperti China dan Rusia. Saat ini hasil kongkrit yang sudah berjalan adalah beasiswa dari universitas di kawasan Timur Tengah
Selain itu, pada bulan Desember mendatang, direncanakan ada workshop internasional sebagai tindak lanjut konferensi tersebut bekerjasama dengan Syeikh Hisam Kabbani, salah satu pimpinan tarekat di Amerika Serikat.(mkf)