Haul atau peringatan tahunan yang pertama KH Ubaidun Abdullah, seorang Mursyid Tariqah Naqsyabandiyah, Selasa (22/7) lalu diperingati di desa Jungpasir, Wedung, Demak.
Peringatan haul tersebut bersamaan dengan haul orang tua (bapak) dan kakek KH Ubaidun, yakni KH Sofwan, dan KH. Abu Rustam, ulama kali pertama yang menyebarkan agama Islam di tlatah Jungpasir. Demikian dilaporkan kontributor NU Online Zakki Amali.<>
KH Adlan dari Demak yang memberikan taushiyah pada peringatan haul itu menceritakan bahwa Kiai Ubaidun Abdullah adalah seorang ulama yang patut ditiru.
“Beliau mempunyai kebiasaan unik. Jika sakit menderanya, beliau malah mengucapkan Alhamdulillah (bersyukur: red). Dari secuil sikap beliau, hendaknya kita dapat pula meneladani Akhlak mulianya,” katanya.
KH Ubaidun Abdullah adalah seorang Mursyid Tariqah Naqsyabandiyah, salah satu thariqah yang tergabung dalam Jamiiyyah Ahli Thariqah Al-Mu'tabarah An-Nahdhiyah, lini organisasi tasawuf Nahdhatul Ulama (NU). KH Ubaidun Abdullah berguru kepada KH Mansur Solo.
Kepada para jamaah KH Adlan mengingatkan bahwa kiai adalah paku bumi. Jika semua kiai wafat, maka bumi akan digulung oleh karena risalah kenabian terputus. "Jangan sesekali meninggalkan Kiai, tanpa mereka kita tidak bisa mengenal Allah," katanya.
Dikisahkan, anjing Ashabul kahfi adalah hewan yang masuk surga lantaran cinta terhadap Ashabul kahfi. Sebuah contoh betapa cinta terhadap salafusshalih mengantarkan seorang muslim dicintai Allah.
Rasulullah juga bersabda, siapa yang mencintai ulama, maka ia mencintaiku, karena sesungguhnya aku cinta padanya, dan siapa yang mencintaiku, maka Allah mencintainya. (nam)