Warta

Hasyim Tak Khawatir PKB Dukung Wiranto - Gus Sholah

Kamis, 27 Mei 2004 | 09:15 WIB

Mataram, NU Online
Calon wakil presiden (capres) KH Hasyim Muzadi menyatakan tidak khawatir dengan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) yang mendukung pasangan calon presiden (capres) dan calon wakil presiden (cawapres) dari Partai Golkar, Wiranto - KH Sholahudin Wahid (Gus Sholah).

"Warga Nahdlatul ulama (NU) sudah terbiasa memberikan hak suaranya tidak terfokus pada satu pilihan saja," kata Hasyim menjawab pertanyaan wartawan seusai bersilaturrahmi dengan pimpinan pondok pesantren dan Pengurus Wilayah (PW) NU NTB, di Mataram, Kamis.

<>

Hasyim yang dicalonkan PDIP bersama capres Megawati Soekarnoputri mengingatkan pada pemilu legislatif suara warga NU aa yang ke PKB, PPP dan Golkar.

"Jadi saya tetap optimistis akan mendapat dukungan dari warga NU, namun tidak mengarahkan agar memilih saya. Yang penting warga NU memilih presiden dan wakil presiden sesuai hati nurani masing-masing," katanya.

Dukungan PKB terhadap pasangan Wiranto - Gus Sholah adalah hak sepenuhnya PKB.  "Namun saya tidak mengkhawatirkannya," katanya.

"Pemilu presiden dan wakil presiden pada 5 juli mendatang merupakan  momentum tepat untuk mengetahui apakah orang-orang NU setuju terhadap langlah-langkah yang saya lakukan selama ini," tegasnya.

Sejak menjabat sebagai Ketua Umum PBNU, berbagai langkah telah dilakukan khususnya menyatukan warga NU itu sendiri, warga NU dan Muhammadiyah serta menjalin hubungan dengan antarumat beragama dan  hubungan luar negeri.

Soal penonaktifannya, Hasyim mengatakan non aktif sebagai Ketua Umum PBNU hingga 5 Juli, namun jika masih ada putaran kedua pemilihan presiden dan wakil presiden, maka nonaktif sampai bulan September 2004.

Ditanya soal KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur), Hasyim mengatakan sebelumnya NU melihat apakah Gus Dur bisa masuk ke "terminal" atau atau tidak, artinya bisa lolos menjadi calon presiden atau tidak.

Karena Gus Dur tidak lolos, maka harus disiapkan "payung kedua" seperti penerjun, jika payung pertama tidak bisa berkibar,  maka payung kedua yang harus dikibarkan karena kalau tidak penerjunnya  bisa mati.

"Apakah orang-orang NU setuju dengan payung kedua tersebut, nanti kita lihat pada 5 Juli mendatang," kata Hasyim.(mkf/an)

 


Terkait