Warta

Hasyim Berharap Kiai NU Hindari Politik Praktis

Jumat, 14 Desember 2007 | 06:38 WIB

Jakarta, NU Online
Ketua Umum PBNU berharap agar para kiai NU tidak terjun ke politik praktis, tetapi lebih baik mengkonsentrasikan dirinya untuk mengasuh pesantren sedangkan ranah politik biar diurus oleh para ahlinya.

“Urusan politik biar diurus ahlinya, kalau jatuh bangun juga nga apa-apa,” katanya dalam tausiyah yang disampaikan pada acara konsolidasi NU Jawa Barat di kota Cirebon, Kamis (14/12).

<>

Dihadapan para kiai dan ulama dari berbagai pesantren di wilayah Cirebon, Indramayu, Majalengka dan Kuningan, Pengasuh Ponpes Mahasiswa Al Hikam Malang ini juga mengingatkan agar bisa menempatkan agama sebagai tujuan dan politik sebagai alat mengingat belakangan ini sudah sering terjadi antara tujuan dan alat dibolak-balik.

“Jangan menggunakan politik dengan pendekatan tasawwuf, tetapi ngomong politik harus dengan kalkulator, pilih yang mendukung NU,’ tandasnya.

Dijelaskannya, setelah reformasi, kini partisipasi dalam bidang politik semakin terbuka, namun disisi lain juga menimbulkan potensi perpecahan. Dalam lima tahun, rakyat harus memilih sebanyak lima kali yang mencakup pilpres 2 kali, pemilu legislatif, pemilihan gubernur dan pemilihan bupati.

Seringkali perbedaan dukungan diantara para kiai di lingkungan NU telah menimbulkan perpecahan sehingga energi yang seharusnya untuk membangun ummat habis untuk ngurusi pilkada.

“Bupati yang dicalonkan sudah menang dan lupa, tetapi antar kiai yang beda dukungan malah belum akur,” katanya dengan nada prihatin.

Dengan jumlah massa yang besar, kini NU juga menarik kepentingan banyak fihak yang ingin memanfaatkan NU untuk Pilkada. “Macam-macam tujuan orang masuk NU, ada yang karena keturunan, karena Pilkada, karena teman atau terpaksa karena gak ada yang lain,” paparnya.

Meskipun demikian, ditegaskannya bahwa tujuan NU yang sebenarnya adalah mengembangkan Islam rahmatan lil alamiin, bukan gerakan Islam yang menggunakan kekerasan untuk mencapai tujuannya. (mkf)


Terkait