Medan, NU Online
Calon wakil presiden (Capres) dari PDIP Kyai Hasyim Muzadi mengajak pasangan capres dan cawapres lainnya bisa mengendalikan diri dalam mencari dukungan masyarakat.
"Kita harus bisa menjaga dan mengendalikan diri, bagaimana mencari dukungan tetapi tidak meninggalkan fatsun politik nasional dan kebangsaan," Kata Hasyim Muzadi seusai berkunjung ke harian Waspada Medan, Mingggu.
<>Menurut Hasyim, pengendalian diri dengan memperhatikan ketiga fatsun tersebut penting dilakukan agar tidak meninggalkan luka pada masyarakat selama kampanye yang nanti akan merugikan negara, juga siapapun yang terpilih.
Selain itu Hasyim juga menghimbau agar pasangan capres-cawapres tidak mengusung isu-isu primordial karena siapapun nanti yang memenangi pemilihan presiden (pilpres), akan memimpin seluruh golongan di Indonesia bukan hanya satu golongan saja.
"Jadi janganlah sekarang kita menanam bibit-bibit konflik yang nanti bisa menjadi bumerang," katanya.
Ketika ditanya apakah sudah ada pasangan capres dan cawapres yang bertindak seperti yang disebutkannya itu, Hasyim mengatakan apa yang ia kemukakan hanyalah berupa peringatan bukan tuduhan terhadap seseorang, hal itu demi menjaga kepentingan bersama.
Ketika ditanya apakah perlu ada semacam kesepakatan antar pasangan capres dan cawapres untuk bersama-sama membangun Indonesia yang damai, Hasyim mengatakan ketika hari pertama kampanye dimulai sudah dilakukan penanda tanganan prasasti siap menang, siap kalah."Persoalannya apakah itu akan menjadi sikap atau sekedar prasasti," katanya.
Sikap ’fair play’, menurutnya mesti tetap ditegakkan, dimana yang kalah mengucapkan selamat kepada yang menang serta bergabung untuk menjalankan visi nasional.
Namun, tambahnya, bergabung bukan dalam arti berbagi kekuasaan tetapi bersama-sama mewujudkan visi Indonesia ke depan. "Jadi sikap ini harus dimulai jangan sampai misalnya, jika si A kalah maka Solo terbakar, kalau si B kalah, maka Pasuruan yang terbakar, kita harus mulai ini," katanya.
Menurut Hasyim masyarakat di bawah hanya bersikap responsif artinya jika yang di atas atau elitnya dapat bertindak etis, maka masyarakat akan melakukan hal yang sama. Dan sebaliknya jika yang di atas melakukan tindakan yang mengobarkan permusuhan, maka masyarakat yang di bawah akan bertindak yang tidak jauh berbeda.
Menurut Hasyim bergabungnya antara yang menang dan kalah lebih dititik beratkan kepada komitmen terhadap politik visioner bukan politik dagang sapi.
Ketika ditanya kenapa ia memilih mengunjungi Harian Waspada, Hasyim menjelaskan, dari sejumlah tokoh di Sumut termasuk PBNU menyarankan ia mengunjungi koran tertua di Medan tersebut yang sejak berdiri tahun 1947 dikenal sebagai koran perjuangan.(mkf/an)