Malaysia, NU.Online
Nahdlatul Ulama Cabang Istimewa Malaysia (NU-CIM) mengadakan peringatan hari lahir (harlah)-nya yang ke-IV. Acara yang dihadiri oleh sekurangnya 200 warga dari ratusan ribu warga NU di Malaysia ini merupakan acara rutin yang dilakukan setiap tahun oleh NU-CIM. Ketua pelaksana, H. Thariqul Haq, yang juga sebagai mahasiswa program Master Linguistik di Universitas Malaya ini mengungkapkan bahwa acara Harlah kali ini sengaja dilakukan secara sederhana, yang penting adalah sebagai wadah silaturrahim dan merekatkan warga NU dari seluruh penjuru Malaysia.
Dalam sambutannya, Drs. H. Miftahurrohim, MA, selaku ketua NU-CIM, mengungkapkan bahwa peringatan Harlah NU-CIM ini, di samping sebagai ajang silaturrahim, juga sebagai penyemangat untuk tetap mengingat bagaimana latar belakang NU Malaysia ini didirikan. Sebagai organisasi kaum Nahdliyyin di luar negeri, tantangan dan hambatan dalam mengadakan berbagai kegiatan tidaklah mudah. Karena itu, keteguhan hati dan kesabaran dalam mengemban amanat amat diperlukan, apalagi di negeri orang, ungkap dosen dan juga mahasiswa program Ph. D. di Universitas Malaya yang sedang dalam proses penyelesaian disertasinya. Dia juga menambahkan bahwa peringatan Harlah pada kali ini sangatlah penting untuk persiapan dalam menghadapi Pemilu yang sudah diambang pintu dalam arti; mampu menempatkan dirinya sebagai organisasi sosial keagamaan yang tetap konsis pada khittah 1926 dan tidak terjebak pada iming-iming yang diberikan Partai Politik tertentu serta tetap memberikan kebebasan kepada warganya untuk menentukan pilihannya dalam berpolitik.
<>Selanjutnya dalam ceramah politiknya Effendy Choirie yang juga sebagai Wakil Ketua Komisi I DPR-RI dari Fraksi Kebangkitan Bangsa mengatakan bahwa warga NU menghadapi Pemilu 2004 nanti mempunyai posisi yang sangat penting dalam percaturan politik bangsa karena merupakan organisasi keagamaan yang mempunyai massa terbesar di Indonesia. Sehingga hal ini, sekarang NU menjadi rebutan berbagai Partai Politik untuk digaet dalam kepentingan politik mereka. Lebih lanjut mantan Pengurus Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia yang terkenal vokal ini juga menegaskan bahwa Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) sebagai salah satu partai peserta Pemilu harus juga memandang posisi penting NU ini. Sebagai partai yang inklusif dan kebanyakan berbasis kultur warga Nahdliyin jangan terlena dengan basis kultur yang mereka punya tersebut, bisa-bisa kalau mereka tidak diakomodir dengan serius maka mereka akan lari ke partai lain. Karena itu PKB harus tetap inklusif dan terus mendengar aspirasi warga Nahdliyin yang nota bene adalah masyarakat grass roots.
Selanjutnya, dalam kesempatan yang sama NU Cabang Istimewa Malaysia juga me-launching website NU Malaysia yang sudah lama direncanakan. Effendy Choirie yang juga menjadi penceramah dalam acara tersebut diminta untuk meresmikan website resmi NU Cabang Istimewa Malaysia dengan disaksikan sekitar 70 orang warga NU di Malaysia. Website tersebut dapat diakses melalui situs www.nucim.org. Nucim sendiri merupakan singkatan dari Nahdlatul Ulama Cabang Istimewa Malaysia. Dalam sambutan peluncuran dan peresmian website tersebut Effendi Choirie mengatakan bahwa peluncuran seperti ini adalah langkah besar NU Malaysia. “Di negeri orang seperti Malaysia, munculnya komunitas kultural warga Nahdlatul Ulama seperti kenduri kebangsaan ini sudah patut disukuri. Terlebih kalau NU Malaysia mampu lebih jauh melangkah dengan meluncurkan website sebagai sarana informasi dan komunikasi.” Ujar Gus Choy, panggilan akrab Effendi Choirie. Oleh karena itu beliau berharap agar nucim.org akan betul-betul berfungsi maksimal sebagai media silaturrahmi di kalangan warga NU. Bukan hanya warga NU di Malaysia, tetapi juga warga NU di seluruh dunia.
Peringatan Harlah NUCIM Ke- IV yang dimulai sejak pagi hari ini juga diisi dengan Khatmil Qur,an dan bacaan Istighosah yang diikuti dengan khidmat dan khusu oleh warga yang memang sangat rindu akan kegiatan seperti ini. Karena dengan acara seperti ini disamping sebagai kepentingan akan nilai-nilai religius juga sebagai wahana untuk mengetahui akan kondisi dan situasi Indonesia yang telah lama mereka tinggalkan.(kdi-Malay/ tin dan hok)