Almarhum KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) sempat menyebut lima kiai. Bukan lima kiai khos yang selalu dipatuhi Gus Dur dan sempat memerintahkannya untuk bersedia menjabat presiden RI. Namun lima jenis kiai yang dikatagorisasikan Gus Dur berkaitan dengan persoalan politik.
Hal ini disampaikan Dr KH Manarul Hidayat MA memberikan testimoni tentang Gus Dur pada acara tahlil malam keenam di kediaman Presiden ke-4 RI di Ciganjur, Jakarta Selatan, Senin (4/1) tadi malam. Lima kiai yang dimaksud adalah kiai tandur, kiai sembur, kiai wuwur, kiai catur, dan kiai tutur. Siapakah mereka?<>
Kiai Tandur, menurut Manarul dengan mengutip Gus Dur, adalah kiai pesantren yang mengajarkan kitab kuning di pesantren, terutama ilmu alat atau di pesantren dimaksudkan sebagai ilmu nahwu-sharaf (gramatika Arab).
“Mereka ini tidak boleh diganggu posisinya. Karena kekuatan NU ada pada mereka. Para kiai inilah yang mencetak kader NU berikutnya,” katanya.
Kedua, kiai sembur. Mereka ini adalah temannya kiai tandur, juga tidak boleh diganggu. Kiai sembur sering diminta untuk menyembur (mengobati) penyakit-penyakit khas masyarakat bawah.
“Yang ketiga, kiai wuwur. Kiai ini sedikit mengerti tentang politik. Jadi mereka boleh saja menjadi anggota DPR,” kata Manarul.
Keempat dalah kiai catur. “Contohnya, ya saya ini,” ujar mantan orang dekat Gus Dur ini menirukan Gus Dur tanpa menjelaskan definisi kiai catur ini.
Kelima, kiai tutur. Mereka adalah para kiai yang tidak memiliki pesantren, kerjaannya membawa proposal.
“Pegawai istana bukan, kabupaten juga bukan, tapi mereka ada di kantor-kantor pemerintahan,” katanya yang langsung disambut ger-geran hadirin.
Sementara itu pembacaan Yasin dan tahlil di Ciganjur dipimpin oleh Ketua PBNU KH Said Aqil Siradj. Sebelumnya adik kandung Gus Dur dr H Umar Wahid (Gus Umar) memberikan sambutan mewakili tuan rumah atau shahibul bait. (ali)