Dibanding tokoh lainnya, KH. Abdurrahman Wahid atau Gus Dur merupakan sosok guru bangsa yang berani membuka belenggu kepahitan kaum minoritas terutama warga Tionghoa pada era Orde Baru. Terbukti, pada era kepemimpinan Gus Dur segala hal yang berkaitan dengan kaum Tionghoa, seperti pengurusan andministrasi KTP, perkawinan maupun kartu keluarga menjadi mudah.
Penilaian itu disampaikan Tokoh Tionghoa Kabupaten Kudus Jateng Liong Kwo Tjun di sela-sela acara Malam kenangan dan penghormatan Terakhir Gus Dur. Beberapa waktu lalu di Aula Klenteng Hok Hie Bio Kudus.<>
Menurut Liong, selain tokoh pluralisme Gus Dur menjadi symbol perdamaian dan antar suku dan antar agama.
“Warga Tionghoa di Kudus sangat kehilangan pada tokoh yang tidak dapat tergantikan ini. Makanya kami berkumpul di sini untuk mendo’akan beliau yang telah berjasa membebaskan kami dari kehidupan yang pahit pada era Orba,” katanya.
Hal sama juga disampaikan pemerhati kesenian barongsai di Kudus, Tjia Eng Bie. Menurutnya pada era Orba,Barongsai dilarang tampil di depan umum. Namun era Gus Dur bebas tampil dan bahkan sekarang kesenian ini semakin berkembang menjadi bagian kekayaan budaya yang dimiliki Bangsa Indonesia.
“Oleh karena itu, melalui kegiatan Malam kenangan dan penghormtan Gus Dur ini sebagai bentuk ucapan bela sungkawa dan rasa terima kasih atas jasa-jasanya mengangkat kehidupan kaum Tionghoa menjadi lebih baik,” tandasnya.
Acara yang dikemas do’a bersama untuk Almarhum Gus Dur itu berjalan khidmat. Semua yang hadir termasuk tokoh-tokoh lintas Agama di Kudus, dari kelompok Islam, Kristen, katolik, Hindu dan Tridharma ikut berdo’a sesua keyakinan masing-masing.(adb)