Jakarta, NU-Online
Pepatah mengatakan bahwa seorang nabi tidak pernah dihormati di negeri sendiri, hanya orang asing yang mampu menghargainya. Kelihatan pepatah itu pas dengan pengalaman Abdurrahman Wahid (Gus Dur) yang selama ini telah mengantungi lusinan penghargaan dari luar negeri sejak dari penghargaan berupa hadiah-hadiah kemanusiaan, hingga beberapa gelar doktor honoris dari berbagai universitas bergengsi baik di Asia, Eropa maupun Amerika. Tetapi tidak satupun gelar baik akademik maupun kultural diperoleh dari dalam negeri, padahal prestasi dan kontribusi Mantan Ketua Umum PBNU dan Presiden RI ke 4 ini sangat besar, tetapi dilupakan begitu saja oleh bangsa ini bahkan diremehkan.
Bersamaan dengan ulang tahun yang ke 63 ini Gus Dur mendapatkan kado istimewa, yakni menerima kunjungan Presiden Korea-Indonesia Friendship Association dari Korea Selatan, Hwang Hak Soo. Bersama rekannya, Hwang, dia kemarin tampak berada di antara sejumlah pembesuk. Kehadiran tokoh dari Korea Selatan itu untuk menyampaikan Piagam Penghargaan Perdamaian Dunia (World Peace Prize Award) pada Gus Dur dari lembaga nirlaba yang berkedudukan di Amerika Serikat dan Korea Selatan, World Peace Prize Awarding Council (WPPAC).
<>Gus Dur dinilai layak menerima Hadiah Perdamaian Dunia karena dalam berbagai kegiatan nasional maupun internasional, dia senantiasa membawa pesan perdamaian antar pemeluk agama. Chief Judge, Dr Lester Wolff dan Chairman Judge, Dr. Han Min Su, tokoh yang mensponsor pemberian piagam itu menyatakan bahwa selama ini Gus Dur berperan aktif dalam mengkampanyekan pluralisme, anti-terorisme dan perlindungan terhadap hak-hak kelompok minoritas. Karena itu Gus Dur layak disejajarkan dengan beberapa tokoh-tokoh dunia yang pernah menerima hadiah ini antara lain presiden Ronald Reagan (AS), Husni Mubarak (Mesir), Yitzhak Rabin (Israel), Annette Lu (Taiwan) dan Meles Zenawi (Ethiopia).
Ternyata penghargaan yang diberikan terhadap Gus Dur dalam ulang tahunnya ini tidak hanya itu, sebab selain menerima Hadiah Perdamaian Dunia, Hwang Hak Soo juga menyampaikan berita akan dinobatkannya Gus Dur sebagai presiden pertama World Headquarters of Non-Violence Peace Movement (Markas Dunia untuk Gerakan Perdamaian dan Anti-Kekerasan). “Untuk jabatan bergengsi itu, Gus Dur bersaing ketat dengan tokoh perdamaian dunia lainnya, seperti Jimmy Carter (AS) dan Nelson Mandela (Afsel),” kata Hwang.
Sementara pemberian penghargaan dan penobatan sebagai presiden pertama lembaga itu akan dilaksanakan di Seoul, Korea Selatan, Rabu 20 Agustus 2003. Menurut rencana Gus Dur akan menghadiri acara tersebut. Tetapi kehadiran Gus Dur ini sangat tergantung pada kondisi kesehatan, sebab hingga saat ini masih berbaring di rumah sakit, baru Rabu besok diperkirakan akan diperkenankan pulang. Tentu saja penghargaan dan kehormatan itu tidak hanya membanggakan bagi masyarakat NU, tetapi juga bagi bangsa Indonesia secara keseluruhan yang bisa menghormati jasa-jasa para pelopor yang memberi nama harum pada negara yanag sedang terpuruk ini. (MDZ dari berbagai sumber).