Warta

GP Ansor Desak Pemerintah Beri Gelar Pahlawan Nasional pada Bung Tomo

Jumat, 9 November 2007 | 08:42 WIB

Jakarta, NU Online
Siapa sangka, Bung Tomo, sosok terkenal dengan teriakan Allahu Akbar untuk membakar semangat arek-arek Suroboyo untuk melawan penjajah ternyata saat ini belum memperoleh gelar pahlawan nasional, padahal jasanya sudah jelas.

Untuk memperingati jasa-jasanya dan menjadi penyemangat bagi generasi sekarang dalam rangka hari Pahlawan 10 November, GP Ansor mendesak pemerintah untuk memberikan gelar Pahlawan Nasional kepada Bung Tomo. Desakan tersebut diawali dengan memberikan penghargaan kepada keluarga Bung Tomo yang diterima oleh anaknya, Bambang Sulastomo.

<>

Pemberian penghargaan tersebut dilakukan di Gedung GP Ansor yang diserahkan oleh Ketua Fraksi Golkar Priyo Budisantoso kepada Bambang Sulastomo dengan disaksikan oleh Ketua Umum GP Ansor H. Saifullah Yusuf, Jumat (9/11).

“Tak ada alasan untuk tidak memberi gelar. Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai para pahlawannya,” kata Saifullah Yusuf.

Ketua FPG Priyo Budisantoro juga mengaku baru tahu kalau Bung Tomo, yang menjadi sosok idolanya, sampai sekarang ini belum memperoleh gelar Pahlawan Nasional. Karena itu, dalam kapasitasnya sebagai ketua fraksi Golkar bersama dengan GP Ansor akan mengusulkan kepada presiden agar gelar pahlawan nasional ini segera diberikan.

Sementara itu, Bambang Sulastomo yang merupakan satu-satunya anak laki-laki Bung Tomo menuturkan bahwa keluarganya memang tidak pernah dan tidak akan meminta pada pemerintah agar Bung Tomo diberi gelar Pahlawan Nasional. “Kami lebih suka Bung Tomo menjadi pahlawan dihati rakyat,” katanya.

Dikatkannya bahwa ayahnya yang meninggal pada tahun 1981 meminta secara khusus agar tidak dimakamkan di Taman Makam Pahlawan (TMP). Menurut ayahnya, banyak orang yang sebenarnya tidak berhak untuk disebut pahlawan, tetapi dimakamkan di TMP karena itu ia tak mau berkumpul dengan mereka.

Mengenai belum diberikannya gelar Pahlawan Nasional, Sulastomo menduga hal ini dikarenakan sikap Bung Tomo kepada penguasa Orba dan Orla, meskipun mereka berteman baik, tetap memberikan kritik pedas tentang kebijakannya kepada rakyat. Segala perjuangannya dilakukan tanpa pamrih dengan tidak memperhitungkan resiko politik, ekonomi dan lainnya.

Salah satu hal yang saat ini tetap dicontoh dari perilaku ayahnya adalah sikap kesederhanaan. Meskipun telah dikenal masyarakat dan dekat dengan istana, mereka tetap hidup apa adanya. Diceritakannya, kala masih sekolah, ibunya menjahitkan bajunya sendiri dan keluarganya tidak punya TV. “Kalau orang tua bisa hidup apa adanya, saya juga bisa,” tuturnya tentang keteladanan yang dilakukan atas ayahnya.

Dikatakannya, ayahnya memang memiliki hubungan yang erat dengan para kiai yang kala itu turut berjuang di Surabaya setelah keluarnya resolusi jihad. Kerjasama inilah yang menjadi faktor keberhasilan dalam pertempuran di Surabaya. (mkf)


Terkait