Bandung, NU.Online
Guru Besar Emeritus Universitas Padjadjaran Prof Dr R. Sri Soemantri M SH mengatakan, Gerakan Anti-Politisi Busuk (GAPB) akan berhasil di tanah air, seperti yang pernah dilakukan di Negara Korea dan Negara Jepang dalam melawan politisi yang korupsi.
"Pasalnya GAPB yang dilakukan di Negara Korea dan sejumlah negara lainnya, berhasil dilakukan," ungkapnya seusai mengikuti "Kongres Melawan Politisi Anti-Rakyat", di Bandung, Minggu.
<>Ia juga menyebutkan, kehadiran GAPB tersebut sangat positif diberikan kepada masyarakat di Indonesia karena momentum itu bersamaan dengan menjelang pelaksanaan Pemilu 2004 nanti. Menurut dia, rakyat Indonesia harus diberitahu perihal kehadiran politisi busuk itu sebelum menentukan wakil yang akan duduk baik di DPR, DPRD, maupun DPD.
"Tentunya penilaian GAPB tersebut akan ditunjang dengan bukti-bukti yang kuat dari hasil investigasi, hingga rakyat dalam mengikuti Pemilu 2004 nanti akan mengetahui siapa saja politisi busuk tersebut," paparnya. Nantinya, kata dia, rakyat akan memilih mana politisi caleg yang benar-benar membela kepentingan rakyat, seperti apakah melindungi lingkungan hidup atau sebaliknya terlibat dalam perusakkan hutan.
Sedangkan penyebutan nama-nama politisi busuk itu sendiri, tidak akan sampai mencemarkan nama baik seseorang karena komisi sudah melakukan investigasi secara akurat, ujarnya. "Selain itu, kehadiran sejumlah kuasa hukum khususnya 100 orang kuasa hukum untuk gerakan tersebut di Jabar, akan mampu menangani dari gugatan politisi busuk," tegasnya.
Terlebih lagi, GAPB tersebut semakin kuat setelah Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama (NU) menyatakan juga anti polisi busuk. "Oleh karena itu, saya optimis GAPB tersebut akan berhasil," sambungnya.
Sementara itu, Ketua Pelaksana Kongres Melawan Politisi Anti-Rakyat, Surya, mengatakan, untuk di Jabar sendiri, GAPB akan terbentuk melalui kehadiran Gerakan Melawan Politisi Anti-Rakyat (Gempar) yang akan membuka sejumlah posko di kabupaten/kota Jabar. "Posko tersebut akan menerima pengaduan perihal politisi anti-rakyat, bahkan keberadaan posko sendiri akan ada di dalam kampus juga," tandasnya.
Anggota Gempar sendiri berasal dari beberapa kalangan, seperti, masyarakat, mahasiswa maupun aktivis Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM). (cih)