Filantropi alias kedermawanan yang menjadi "ruh" eksistensi pondok pesantren (Ponpes) perlu direvitalisasi dan terus dikembangkan untuk menanamkan empati terhadap sesama, kata Pengasuh Ponpes Darul Muttaqien Bogor, KH Mad Rodja Sukarta.
Sejarah berkembangnya pesantren di Tanah Air dipengaruhi oleh semangat filantropi yang diusung oleh para pemuka pesantren atau kiai dan ustad, santri, wali santri dan masyarakat luas, kata Rodja di Bogor, Senin.<>
Semangat filantropi itulah, lanjut dia, yang menjadi "modal sosial" penting sehingga pesantren memiliki fondasi yang kokoh untuk dapat bertahan dari satu masa ke masa berikutnya serta mampu berakulturasi dengan perubahan masyarakat.
"Tanpa adanya jiwa filantropi tidak akan berdiri pesantren. Semangat filantropi yang dibingkai dengan budaya ikhlas membuat pesantren mengakar kuat di tengah masyarakat," kata Rodja.
Filantropi dunia pesantren diwujudkan dengan partisipasi semua pihak dalam proses pengembangan pesantren secara "ikhlas" dan berkelanjutan. Hal inilah yang kemudian mendorong pesantren mewujudkan kemandirian, sehingga keberadaannya sangat dirasakan oleh masyarakat.
Dengan kemandirian yang dimiliki, pesantren tidak hanya tampil sebagai lembaga yang bergerak di bidang layanan sosial berupa pendidikan saja, namun juga menjadi penggerak perekonomian masyarakat serta sebagai motor perubahan, ujarnya.
Menyadari pentingnya filantropi bagi dunia pesantren, Rodja terus mewariskan nilai-nilai tersebut pada santri binaannya.
Momentum Ramadhan dimanfaatkan sebagai wahana penanaman jiwa filantropi bagi santrinya. Caranya dengan menggalang dana amal dari 1.200 peserta didiknya untuk diberikan kepada kaum du`afa yang berada di sekitar komplek pesantren yang berlokasi di Desa Jabonmekar, Kecamatan Parung, Kabupaten Bogor itu.
Selain itu dana amal yang terkumpul juga akan dibagikan kepada kaum du`afa yang berada di sekitar pesantren An-Nahl yang sedang dirintis Rodja, yang berlokasi di Cikeusik, Kabupaten Pandeglang, Banten.
Kegiatan filantropis lain yang digagas Darul Muttaqien yaitu berupa pemberian beasiswa bagi siswa-siswa berprestasi dari kalangan du`afa sekitar pesantren.
Darul Muttaqien juga memberikan layanan pendidikan gratis bagi warga sekitar melalui Madrasah Diniyyah yang didirikan di Kampung Sawah, Desa Jabonmekar maupun melalui penyelenggaraan pendidikan TPA gratis yang diselenggarakan di komplek pesantren.
Melalui penanaman nilai-nilai keluhuran budi seperti suka menolong, sensitivitas terhadap penderitaan orang lain, rasa kasih sayang dan menghargai terhadap sesama, diharapkan dapat melekat pada jiwa anak didik sehingga kelak tumbuh sebagai manusia yang peka terhadap lingkungannya, kata Rodja. (hir)