Jakarta, NU Online
Upaya dialog hendaknya tetap dikedepankan dalam penyelesaian masalah Aceh. Meskipun TNI telah mengarahkan ribuan pasukannya ke Aceh, namun upaya damai harus tetap dikedepankan, “ Jendral Endriarto Sutarto pernah bilang, anggaplah GAM itu sebagai anak nakal saja ” ungkap Fahri Ali ketika ditanya pendapatnya mengenai penyelesaian masalah Aceh. Jadi jangan sampai penyelesaian militer yang digunakan. “Kekuatan militer hanya untuk menekan mereka saja agar mau berunding,” ungkap Direktur LSPEU tersebut.
Saat ini sudah tidak ada lagi kekuatan yang dipertimbangkan oleh GAM selain NU dan Muhammadiyah. Mereka adalah golongan yang dianggap netral dalam bersikap. Sikap mereka adalah untuk kepentingan ummat, bukan untuk yang lainnya, jadi diharapkan mereka dapat menggantikan peran mediator HDC yang dianggap gagal menyelesaikan masalah Aceh.
<>GAM secara kultural adalah orang NU, atau paling tidak mereka Islam. Jadi apabila para ulama dapat menempatkan diri sebagai penengah dalam konflik ini, pasti konflik ini tidak akan menimbulkan korban yang sia-sia. Sebaiknya mereka difungsikan sebagai mediator antara pemerintah Indonesia dengan GAM.
NU dan Muhammadiyah diharapkan dapat merumuskan kebijakan dengan GAM, sebagai pihak yang dapat mengayomi semua pihak. Selanjutnya pemerintah harus menetapkan persyaratan yang lebih ketat dalam perundingan agar dikemudian hari tidak mudah dilanggar seperti yang sudah-sudah.
Jika TNI memaksakan diri untuk menyerang akan timbul masalah HAM dikemudian hari karena timbulnya korban sipil. Hal ini pada akhirnya akan menimbulkan tekanan internasional atas Indonesia.
KH Hasyim Muzadi beberapa waktu juga telah mengemukakan bahwa penyelesaian Aceh harus diselesaikan secara komprehensif dan NU telah siap untuk mengambil peran dalam bidang keagamaan.(mkf)